GresikSatu | Gresik memiliki beragam tradisi unik menjelang lebaran. Idul Fitri sebagai perayaan umat muslim makin meriah dengan rangkaian tradisi unik yang hanya ada di Kota seribu nama tersebut.
Tradisi unik yang ada, bahkan dijadikan julukan nama kabupaten Gresik, Berikut 5 Tradisi di Gresik Menjelang Lebaran, diantaranya :
1. Sanggring
Di Gresik, malam ke 23 Ramadan selalu identik dengan tradisi Sanggring atau biasa kita kenal dengan kolak ayam sanggring Desa Gumeno, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik.
Tradisi Sanggring bermula Kanjeng Sunan Dalem sedang sakit dan tidak satu pun ditemukan obat mujarab yang sanggup menyembuhkan. Hingga dibuatlah ramuan kolak bercampur ayam.
Secara filosofis kata Sang berarti raja, dan Gring (Gering) berarti sakit. Sanggring bermakna obat untuk raja yang sakit. Makanan khas tersebut pertama kali ada pada 22 Ramadan 946 H atau 31 Januari 1540 M, tetap eksis dan dibudidayakan saat ini.
2. Malam Selawe
Malam Selawe atau disebut juga sebagai tradisi perburuan “lailatul qodar” dilaksanakan pada malam ke 25 Ramadan. Sebagai malam puncak Ramadan, masyarakat akan melakukan ziarah akbar untuk meminta limpahan barokah dari Kanjeng Sunan Giri. Merela rela berdesakan bagai semut di sepanjan jalan 2 KM dari Pesarean Makam Giri. Baik dari dalam maupun luar kota Gresik.
Sebelum sampai di Pesarean Makam Sunan Giri, masyarakat disuguhkan dengan deretan UMKM lokal murah meriah, salah satunya Kupat Ketheg. Jajanan primadona Giri tersebut tidak akan luput mewarnai budaya Malam Selawe.
3. Pasar Bandeng
Tradisi Pasar Bandeng menjadi ikonik Kabupaten Gresik yang ada turun temurun. Pasar Bandeng pertama kali ada pada zaman Sunan Giri untuk meningkatkan perekonomian rakyat setempat.
Melihat posisi strategis kota Gresik sebagai wilayah yang bagus untuk pertambakan diambil sebagai peluang ekonomi.
Tradisi yang digelar pada 27-28 Ramadhan tersebut berisi lelang dan kontes ikan bandeng mulai dari ukuran sedang, hingga besar atau kawak. Satu ekor bandeng kawak bisa mencapai 7 kilogram.
4. Kupatan di Pekauman
Tradisi lebaran ketupat atau yang lazim disebut kupatan, biasanya dirayakan sepekan pasca Hari Raya Idul Fitri. Namun di daerah Pekauman, kupatan dirayakan pada malam hari sebelum hari H (H-1) atau pada pagi hari saat hari H.
Warga Pekauman melaksanakan unjung-unjung atau bersilaturrahmi sambil menyuguhkan kupat, daerah Pekauman terlihat lebih ramai saat malam H-1 lebaran karena merayakan kupatan dengan waktu berbeda.
5. Tradisi Medher Warga Bawean
Menjelang libur lebaran, warga Bawean akan berbondong-bondong pulang ke kampung halaman untuk mengunjungi keluarga serta melakukan tradisi Medher.
Medher merupakan kegiatan liburan dengan mengendarai berbagai mode kendaraan mulai dari sepeda gunung, motor serta mobil digunakan untuk memutari sepanjang jalur lintas Bawean. (ovi/aam)