GresikSatu | Untuk mengantisipasi bencana di musim penghujan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR), melalui UPT PU Bawean terus melakukan normalisasi sungai di Pulau Bawean.
Sudah ada belasan sungai yang tersebar di beberapa desa, dari Kecamatan Tambak dan Sangkapura dilakukan normalisasi. Normalisasi ini dibantu alat berat bego ekskavator beserta truk angkutan bego tersebut.
Kepala UPT Pengelolaan Jalan, Jembatan dan Sumber Daya Air (PJJSDA) Wilayah Bawean Ansari Lubis mengatakan, ada sekitar 12 sungai yang sudah dilakukan normalisasi dari masing-masing desa di Kecamatan Tambak dan Sangkapura.
Dengan perinciannya, Kecamatan Sangkapura, 10 Desa, Sawahmulya, Kotakusuma, Bululanjang, Lebak, Pudakit Timur, Suwari, Dekatagung, Daun, Sidogedungbatu, dan Patarselamat.
“Sedangkan untuk Kecamatan Tambak ada empat sungai, yang berada di Desa Gelam, Telukjatidawang, Kepuhteluk, dan Kepuh Legundi,” ucapnya, Rabu (8/11/2023).
Menurut dia, masih ada beberapa desa yang akan dilakukan normalisasi sungai di Kecamatan Sangkapura. Diantaranya, Desa Sungairujing, Kumalasa, Pudakit Barat, Gunungteguh.
“Normalisasi dilakukan sejak pasca bencana awal tahun 2023 lalu. Sekitar bulan April kami sudah mulai melakukan normalisasi,” ujarnya.
Lubis menyebut, dalam normalisasi ini pihaknya hanya sebatas memfasilitasi alat untuk mengeruk sungai, yang mengalami kedangkalan di beberapa desa. Secara teknis pihak desa melakukan permohonan ke pihak UPT PU Bawean.
“Harus ada permohonan desa untuk melakukan normalisasi. Termasuk operasional dari Desa,” imbuhnya.
Diakuinya, sebenarnya pihaknya ingin dilakukan normalisasi sungai dari hulu ke hilir. Namun, karena memang keterbatasan anggaran dan kewenangan. Normalisasi dilakukan di beberapa sungai yang rawan bencana dan mengalami kedangkalan, yang menjadi penyebab banjir di Bawean.
“Tentu kalau mau normalisasi secara maksimal hulu ke hilir, harus ada keterlibatan pihak berwenang yakni Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS),” tandasnya.
Sementara ini, tambah dia, dalam melakukan normalisasi hanya menemukan kendala akses jalan masuk untuk alat berat. Kalau akses jalan kecil, tentu sulit untuk bego masuk, ya sementara itu kendala saat normalisasi.
“Untuk fasilitas alat berat, meskipun kami masih belum punya sendiri, masih dipinjamkan DPUTR. Tapi alat berat ini sangat bermanfaat dan layaknya di pertahankan di Bawean. Mengingat antisipasi bencana banjir di Bawean,” tambahnya.
“Kami sudah berupaya memasukkan anggaran untuk alat berat di Tahun 2024 mendatang. Semoga bisa rerlealisasi,” harapnya memungkasi. (faiz/aam)