Batas Antara Lelang Jabatan dengan Jual Beli Jabatan

Oleh : PRIYANDONO **

Obyeknya sama. Jabatan. Selain itu unik, jabatan itu juga seksi. Menggemaskan. Selalu berlari ketika dikejar dan selalu menggoda kala diacuhkan. Banyak yang memburunya. Ada yang memburunya lewat jalan pintas jual beli jabatan. Ada juga yang merengkuhnya jalan yang melelahkan, bahkan penuh onak dan duri, lelang jabatan.

Jual beli jabatan biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh orang-orang yang memiliki mentalitas suka menerabas dan mencari jalan pintas. Dalam jual beli jabatan kompetensi bukan menjadi indikator utama. Meskipun kompetensinya bagus, bisa menggergaji angin kalau tidak didukung dengan dana yang cukup, jangan berharap mendapatkan “kursi”. Sebaliknya, seseorang yang datang dengan uang satu glangsing, “kursi empuk” menanti meskipun komptensinya pas-pasan.

Lelang jabatan biasanya dilakukan secara terbuka dan transparan. Siapa pun yang memenuhi syarat memiliki kesempatan sama mengisi jabatan kosong yang dilelang. Peserta lelang jabatan biasanya adalah pejabat-pejabat karir. Bukan pejabat politik. Mereka melakukan fit and proper test untuk mengisi pos di eselon I dan II. Kompetensi menjadi indikator utama dalam penilaian. Bukan uang. Juga bukan mereka yang “S2”. Sering Sowan

Akan tetapi setiap kali ada lelang jabatan, sejumlah pihak acapkali bersikap apriori. Mereka seolah mencium aroma yang tidak sedap. Ada saja rumor bahwa lelang jabatan hanya sebuah formalitas saja, tersebab siapa yang lolos sudah dapat diketahui. Kalau memang dugaan itu benar berati batas antara jual beli jabatan dengan lelang jabatan menjadi sangat tipis dan kabur.

Baca juga:  Menelisik Wabah PMK Sapi Ternak di Era Kolonial

Oleh sebab itu, dugaan-dugaan itu harus dijawab dengan pelaksanaan lelang jabatan yang bersih, transparan dan jauh dari KKN. Tujuannya agar mendapat pimpinan yang benar-benar ahli di bidangnya dan selalu memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat.

Berbeda dengan jual beli jabatan. Ini merupakan tindakan melawan hukum. Di era yang serba terbuka seperti sekarang ini, dinding punya mata, pagar punya telinga. Oleh sebab itu hindarkan. Jangan coba coba melakukan praktik jual beli jabatan jika tidak ingin menjadi pasien Komite Pemberantasan Korupsi (KPK)

Ingat, pada tahun 2021 kemarin, setidaknya dua kepala daerah di Jawa Timur diringkus KPK tersebab diduga melakukan jual beli jabatan.

Saya juga tidak menyangka orang yang dulu bersuara lantang ingin memperjuangkan hak-hak rakyat kecil, diam diam melakukan tindakan yang tidak terpuji. Mereka yang selalu mengepalkan tangan dan mengajak masyarakat bersama sama memberantas korupsi, tahu tahu diringkus KPK. Ungkapan mulutmu harimaumu benar benar membuktikan kebenarannya. Mereka hanya bisa mengagumi omongannya sendiri, tanpa bisa membuktikannya dalam bentuk aksi nyata.

Amanah yang dianugerahkan Tuhan kepadanya dibiarkan begitu saja. Cahaya terang di hatinya menjadi gelap karena tertutup ambisinya. Jabatan yang diemban disalahgunakan. Tanpa belas kasihan, mereka merampas hak-hak masyarakat. Hanya karena berambisi menanggung amanah yang akhirnya musnah.

Baca juga:  Guru Serba Bisa: Jadi Coach, Mentor, dan Konselor

Mudah mudah tindakan tak terpuji berhenti di situ saja. Tidak merambah sampai ke dunia pendidikan. Apa jadinya kalau sektor pendidikan menjadi lahan subur pagi para calo dan makelar jabatan. Saya benar-benar tidak bisa membayangkan.

Saya tidak bisa membayangkan seandainya hal tersebut (jual beli jabatan) terjadi pada dunia pendidikan. Bagaimana para pendidik mengajarkan etika kalau dirinya berada dalam pusaran bursa jual beli jabatan. Bagaimana mereka membangun karakter integritas, jika dia sendiri dalam lingkaran hitam. Bagaimana pula para guru/kepala sekolah memberikan teladan kepada murid muridnya kalau dirinya sendiri dalam balutan noda hitam.

Ranting-ranting kehinaan itu tak akan tumbuh kecuali dari benih ketamakan. Ketidakmampuan mengukur diri sendiri berdampak pada kegagalan membedakan antara kemauan dengan kebutuhan. Sehingga banyak yang kehilangan urat malunya. Kala rasa malu ini sudah tidak dimiliki, pelanggaran terhadap hukum mengapung ke permukaan. Korupsi terus memimpin dan menjadi juara.

Ingat, kemuliaan dan kehormatan itu tidak kekal. Dia bersifat sementara. Oleh karena itu kalau bukan atas kehendak-Nya jangan meminta tanggungjawab, apalagi jual beli jabatan yang membuat hidup Anda terus dibayangi kenistaan. “Tidak ada jabatan di dunia ini yang perlu dipertahankan hingga mati-matian,” begitu Pesan KH. Abdurrahman Wahid .

** Penulis adalah Pengawas Sekolah Cabang Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik

Rekomendasi Berita

Advertisement

Terpopuler

spot_img