GresikSatu | Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid bersama 30 kepala desa (kades) se-Pulau Bawean, Gresik, menggagas jargon baru untuk Pulau Bawean yakni Bawean Bherenca.
Gagasan ini muncul di tengah acara silaturahim dan ramah tamah seluruh kades se-Bawean dengan Gus Jazil- sapaan akrab Jazilul Fawaid–di rumah dinas Wakil Ketua MPR di Jakarta, Selasa (17/01/2023).
Bawean Bherenca ini merupakan warisan leluhur nenek moyang Bawean. Dengan memiliki makna Bawean yang ramah, berakhlak, dan menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan.
”Saya bersama 30 kepala desa se Pulau Bawean sepakat untuk membuat jargon Bawean Bherenca. Bawean yang friendly, Bawean yang baik,” Bawean yang bersaudara,” ucap Jazilul Fawaid.
Politikus asli Pulau Bawean ini menjelaskan, Bawean Bherenca juga bisa dimaknai bahwa masyarakat Bawean adalah masyarakat yang beradab, sejahtera, dan memiliki pendidikan dan akhlak yang baik.
”Di Bawean itu kan terbiasa saling tegur sapa, saling berbagi makanan, itu adat kebiasaan warga Bawean. Tapi selama ini tradisi itu nggak ada namanya. Kalau kita buat Jargon Bawean Bherenca, kita ingin tradisi baik itu yang kita hidupkan. Tradisi penuh kehangatan saling berbagi,” jelasnya.
Gus Jazil sapaan akrabnya, mengatakan bahwa warga Bawean banyak yang tinggal di perantauan. Diharapkan, anak-anak muda Bawean bisa terus menjaga adat dan budaya asli Bawean yang hangat.
”Dengan jargon Bawean Bherenca kita harapkan ini bisa bermanfaat bagi sesama. Kalau mau lihat keramahan, datanglah ke Bawean,” katanya, Rabu (18/1/2023).
Tidak hanya menjadi jargon, Gus Jazil mengajak Bawean Bherenca juga harus dibuat turunannya dalam bentuk masterplan pembangunan Pulau Bawean yang komprehensif.
”Bawean Bherenca itu harus ada terjemahannya. Itu yang saya sebut masterplan. Ini akan ditindaklanjuti oleh para kepala desa, Pemda Gresik agar Pulau Bawean lebih maju ke depan,” katanya.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini berharap, Pemkab Gresik bisa mengalokasikan anggaran dalam APBD untuk membuat masterplan pembangunan Pulau Bawean yang komprehensif.
Mulai dari bagaimana mengelola potensi laut, hutan, pembangunan wilayah, program untuk kesejahteraan rakyat dan lainnya.
”Itu harus Pemkab Gresik yang melakuklan. Kami warga Bawean mendesak Pemda untuk mengalokasikan dana membuat masterplan Bawean ke depan dengan melibatkan para ahli, akademisi dan lainnya,” ujarnya.
Bawean, lanjut Gus Jazil tidak bisa hanya dilihat sebagai sebuah pulau, namun harus dilihat besarnya potensi yang dimilikinya.
”Ada potensi laut, ikannya banyak tapi yang menikmati warga luar Bawean. Ada dari Kalimantan, Lamongan, Rembang dan lainnya karena warga Bawean tidak punya kapal ikan yang besar. Nah ini harus dirumuskan bagaimana solusinya,” urainya.
Potensi lain yang tidak kalah besar, banyak warga Bawean yang tinggal di perantauan. Mereka selalu mengirimkan uang kepada keluarganya yang ada di Bawean.
”Jadi uang yang masuk ke Bawean bukan hanya dari hasil kerja warga Bawean di sana, tapi banyak uang masuk kiriman dari keluarganya yang merantau dimana-mana, termasuk dari luar negeri. Itu potensi besar,” tuturnya.
Gus Jazil menambahkan, Bawean juga memiliki sejarah yang panjang. Bahkan, banyak di antara warga Melayu di Singapura keturunan Bawean. Selain itu, Pulau Bawean juga dikenal sebagai pulau keramat.
”Disana banyak kuburan keramat, para wali, ulama penyebar Islam dan lainnya,” tambahnya memungkasi. (faiz/aam)