GresikSatu | Nama pondok pesantren Qomaruddin sudah tidak asing ditelinga masyarakat Gresik. Sebab, pondok ini merupakan pesantren tertua di wilayah pesisir utara Jawa Timur. Didirikan oleh Kyai Qomaruddin pada tahun 1747 Masehi.
Memilki usia lebih dari satu abad, menjadikan Ponpes Qomaruddin yang berada di Desa Bungah, Gresik mendapatkan penghargaan dari PBNU. Ponpes Qomaruddin terpilih dan berada diurutan ke 9 dari total 68 Pondok Pesantren yang berusia 1 Abad.
Pengasuh Ponpes Qomaruddin KH Muhammad Ala’uddin menceritakan, awal mula pondok pesantren ini tidak lepas dari sosok santri Kyai Qomaruddin Raden Tumenggung Tirtorejo Bupati Kanoman Gresik.
Saat itu Raden Tumenggung Tirtorejo mendapatkan tugas untuk menyebarkan agama Islam di pesisir utara Gresik. Pendiri pondok pesantren Kyai Qomaruddin, yang sebelumnya sudah mendirikan pondok pesantren di Kanugrahan Lamongan, akhirnya pindah ke wilayah Kabupaten Gresik.
“Pendirian ponpes bisa dibuktikan dengan mansukrip sejarah terkait berdirinya pondok pesantren Qomaruddin. Termasuk dari sejarah masa hidup Raden Tumenggung Tirtorejo, hingga meninggalkan Kyai Qomaruddin,” katanya, Kamis (30/3/2023).
Seiring berjalannya waktu, pondok pesantren Qomaruddin berkembang dengan pesat. Bahkan satu-satunya pesantren tertua di Gresik ini telah memiliki banyak lembaga formal. Baik tingkat dasar hingga perguruan tinggi.
Kini, ada sekitar 700 santri dari berbagai wilayah di Indonesia yang mondok di Qomaruddin. Kendati nemiliki lembaga formal, identitas Qomaruddin sesuai pendiri tetap terjaga. Yakni dengan mempertahanan pembelajaran metode salaf. Mengaji kitab kuning atau kitab gundul.
Kajian Bulan Ramadan
Selama ramadan, Ponpes Qimaruddin banyak menggelar kajian kitab kuning yang wajib diikuti para santri. Pengajian ini biasanya diasuh langsung oleh pengasuh maupun ustad. Sepanjang hari mulai waktu subuh hingga usai sholat tarawih, seluruh santri diwajibkan mengukuti kajian kitab kuning.
“Ngaji ramadan atau ngaji kilat ini, hanya memberikan makna atau arti pada kitab dengan tulisan pegon, tanpa banyak penjelasan. Agar nanti kitab tersebut bisa dipelajari sendiri dirumah,” tuturnya.
Tentu dalam kegiatan di bulan Ramadan ini, tambah KH Muhammad Ala’uddin itu, berbeda dari hari biasanya. Hampir sebulan penuh santri digembleng ilmu agama, usai ibadah sholat wajib lima waktu.
“Para santri mengaji berbagai disiplin keilmuan dengan menggunakan kitab kuning, yang diasuh oleh para kyai atau guru di pesantren,” ujarnya.
Selain mengaji kitab kuning, bagi santri di kelas Tahfidz Al- Qur’an , juga diwajibkan menyetorkan hafalan Al-Qur’an. Sedangkan kegiatan membaca Al-Qur’an merupakan kegiatan wajib bagi seluruh santri.
“Termasuk membaca Al-Qur’an di bulan Ramadan lebih diperbanyak, dibanding hari-hari biasanya,” tutupnya. (faiz/aam)