Desa Banyuwangi Rawan Tenggelam, Warga Sebut Pengaruh Reklamasi JIIPE 

GresikSatu | Terhitung tiga hari sudah, banjir rob menggenangi wilayah Desa Banyuwangi, Kecamatan Manyar, Gresik. Kondisi ini mengkhawatirkan karena desa ini jaraknya tidak terlalu jauh dengan pelabuhan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE).

Jika tidak ada tindakan, besar kemungkinan wilayah tersebut terancam tenggelam. Apalagi kondisi ini berlarut-larut. Banyak warga menduga, aktivitas reklamasi lah yang membuat air naik ke pemukiman. Sehingga aktivitas tersebut turut memperparah bencana, karena mempertinggi resiko.

Dari pantauan GresikSatu.com, pada Rabu (15/6/2022) tadi. Banjir rob menggenangi jalan lingkungan di Desa Banyuwangi. Terlihat dari selokan depan rumah warga, air meluber ke jalan lingkungan warga desa setempat.

Bahkan air juga menggenangi jalan tempat rumah ibadah. Ada lima titik perkampungan yang rawan banjir rob di desa tersebut. Setiap pagi mulai pukul 09.00 WIB air di sepanjang saluran parit meluap ke jalan perkampungan.

[penci_related_posts dis_pview=”no” dis_pdate=”no” title=”Berita Terkait ” background=”” border=”” thumbright=”no” number=”2″ style=”list” align=”none” withids=”” displayby=”tag” orderby=”date”]

Salah satu warga Desa Banyuwangi RT 13 RW 4 Agus menyebut, banjir rob ini tak lepas dari pengaruh reklamasi pelabuhan JIIPE. Karena di tahun-tahun sebelumnya memang ada banjir rob, tapi tidak separah akhir-akhir ini.

Baca juga:  Sapi Terinfeksi PMK di Gresik Bertambah, Jumlahnya Capai 700 Ekor

“Dulu, kalau terjadi banjir rob, genangan air sekitar 5-10 cm. Kalau sekarang genangan sekitar 15-20 cm. Ini tak lepas dari aktivitas pelabuhan Internasional juga,” ucapnya, Rabu (15/6/2022).

Pria yang berusia 32 tahun itu menjelaskan, kendati sudah sering terjadi banjir tidak menganggu warga yang beraktivitas. Hanya saja banyak kerugian materil. Saat banjir rob seperti bulan lalu akses jalan lingkungan atau perkampungan ditutup.

“Kami beri plang, agar kendaraan roda empat tidak masuk. Kalau nanti dilewati akan banyak air masuk ke rumah warga,” jelasnya.

Diakuinya, banjir datang saat air laut pasang selama 4 jam. Selebihnya mulai surut. Namun jika terjadi hujan bisa lebih lama dari waktu tersebut. Beruntung air tidak sampai naik pekarangan rumah. Namun ada beberapa rumah warga yang bangunnya tidak dinaikkan, sehingga air mudah masuk.

“Biasanya datang sekitar pukul 11.00 WIB, ini sudah mulai bergerak mengalir ke jalan depan rumah warga. Untuk antisipasi air masuk rumah warga biasanya memakai papan yang dipasang di depan pintu rumah,” bebernya.

Baca juga:  Banjir Rob Meluas di Tiga Kecamatan, Empat Desa di Gresik 

“Kalau petambak biasanya sudah menyiapkan bendungan agar ikan tidak lepas saat banjir rob. Pemerintah juga pernah turun tangan memberikan bantuan sembako,” tambahnya.

[penci_related_posts dis_pview=”no” dis_pdate=”no” title=”Berita Lainnya ” background=”” border=”” thumbright=”no” number=”2″ style=”list” align=”none” withids=”” displayby=”cat” orderby=”date”]

Sementara itu, Dirketur Eksekutif Walhi Jatim Wahyu Eka mengatakan, dampak paling buruk dari banjir rob, bisa menenggelamkan wilayah. Sebab banjir rob adalah perpaduan bencana iklim dan bencana karena perubahan ruang.

“Paling burukk dampaknya adalah soal kampung mereka rawan tenggelam, karena reklamasi pada beberapa studi dan contoh kasus di Jakarta ternyata meningkatkan permukaan air laut. Nah wilayah pesisir yang lebih rendah akan terdampak dan perlahan mengalami abrasi,” bebernya.

Dikonfirmasi terpisah, Humas Comdev JIIPE, Mifti Haris menampik kalau banjir rob pengaruh dari reklamasi JIIPE. Karena di seluruh perairan Jawa terjadi bencana banjir rob.

“Bahkan data dari BMKG sampai tanggal 17 Juni nanti potensi baniir rob antara 10-30 cm di wilayah pesisir Surabaya Barat, termasuk Gresik, Lamongan dan Tuban,” ucapnya. (faiz/aam)

 

Rekomendasi Berita

Advertisement

Terpopuler

spot_img