Di Gresik ada Kampung Unik, Belasan Makam di Tengah Pemukiman Warga

GresikSatu | Kabupaten Gresik memiliki kampung unik yang berbeda dengan lainnya, namanya Kampung Selusin. Dinamakan demikian sebab ada 12 makam yang berada di antara pemukiman warga. Mulai dari di samping rumah, teras hingga berada di dalam rumah. Seakan menjadi kampung dikelilingi kuburan.

Kampung selusin terletak di Jalan KΗ Abdul Karim setelah melewati RSI Nyai Ageng Pinatih sekitar kawasan Trate Gresik. Di tengah pemukiman padat penduduk, makam tersebut berada bersama masyarakat tanpa ada kisah mistis. Seolah sudah menjadi hal yang lazim.

Kedua belas makam tersebut yakni makam milik Moch Buyut Muniroh atau Buyut Cinde, dimana Jeiak makamnya berada di gang kecil disamping mashoila.

Di sebelah kanan kampung, terdapat makam Mbah Buyut Datuk, makam Mbah Buyut Dagang, dan enam makam Mbah Buyut, dimana enam buyut ini tidak diketahui namanya dan di nisan makam juga tidak tertera nama dari enam buyut tersebut.

Kemudian, adanya makam Mbah Buyut Fatimah atau Nyai Ageng Fatimah, Mbah Buyut Hasyim, dan Mbah Buyut Iskundar. Semua makam terletak di sebuah gang kecil di sebelah kanan kampung, kecuali makam Mbah Buat Hasyim dan Mbah Boyut Iskandar yang terletak di gang kecil sebelah kiri kampung.

Baca juga:  PKB Bergabung dengan Koalisi Yani-Alif, Syahrul Munir Batal Jadi Calon Bupati Gresik

Ada pula sebuah gang kecil dari Kampung Selusin yang diberi julukan Kampung Setengah Lusin, sebab gang kecil ini hanya terdapat enam rumah.

“Penyebutan nama kampung juga untuk memudahkan warga mengingat jasa para leluhurnya tanpa harus mengutamakan satu dengan yang lain. Selain itu, ada tradisi mengirim doa atau sering disebut khaul kepada 12 makam yang ada di kampung ini,” tulis Kris Adji AW seperti dalam bukunya berjudul Sang Gresik Bercerita, Minggu (28/7/2024).

Setiap khaul makam memiliki penanggung jawab atau koordinator sendiri yang dilimpahkan kepada warga. Misalnya Ketua RT setempat yang menjadi koordinator khaul Mbak Buyut Muniroh atau Buyut Cinde selama bertahun- tahun sebab sangat sedikit warga Kampung Selusin yang mengetahui seluk-beluk tentang 12 makam Mbah Buyur tersebut.

“Ada yang menyebut bahwa Mbah Buyut Muniroh atau Buyut Cinde merupakan keturunan kesembilan dari Sunan Giri dari Sumenep. Khaul ini dilaksanakan di setiap malam Kamis dan memiliki pembagian waktu untuk masing-masing makam,” ungkapnya

Baca juga:  Sejarah Nama Desa Daun Bawean, Berawal dari Tabib Sakti Asal Arab

Misalnya, khaul Mbah Buyut Muniroh atau Bayut Cinde dilaksanakan setiap malam Jumat Pon, khaud Mbah Buyur Datuk pada Malam Jumat Kliwon, khaul Mbah Buyut Dagong dilaksanakan setiap malam Jumat Legi, dan khaul Mbah Buyut 6 Makam dan Nyai Ageng Fatimah dilaksanakan setiap malam Jumat Pahing.

Sedangkan khaul Mbah Buyut Hasyim dan Mbah Buyut Iskandar dilaksanakan setiap Malam Jumat Wage. Dan tidak hanya warga Kampung Selusin yang mengikuti khaul, warga dari kampung lain juga aktif mengikutinya.

“Selain khaul, di Kampung Selusin terdapat tradisi khas lainnya, yakni tarian Madura yang sering disebut warga setempat dengan nama Tarian Tuk-Tuk Irama Samudera atau kentrungan. Disebut Tarian Tuk Tuk karena alat yang digunakan dalam tarian ini menimbulkan bunyi tuk-tuk saat dipukul. Alatnya terbuat dari kayu, namun ada yang terbuat dari besi atau logam,” pungkasnya.

Reporter:
Chofifah Qurotun Nida
Editor:
Aam Alamsyah
Rekomendasi Berita

Advertisement

Terpopuler