Dikenal Sebagai Perempuan Tangguh, Ketua Fatayat Gresik Bakal Warnai Dunia Politik 2024

GresikSatu | Ketua Fatayat NU Kabupaten Gresik, Ainul Farodisa adalah sosok tangguh dari kalangan perempuan Gresik. Namanya melanglang, memenuhi jagat media sosial dengan gagasan keterwakilan perempuan Gresik.

Menurutnya, terjunnya perempuan dalam dunia politik akan menentukan kerangka kebijakan berperspektif gender. Hal ini dimaksudkan agar perlunya andil perempuan untuk mempengaruhi sumbangsih kebijakan yang mempertimbangkan persoalan perempuan.

“Kuota keterwakilan perempuan dalam politik sebesar 30 persen, ini harus kita manfaatkan semaksimal mungkin. Perlunya kapasity building dan pembekalan diri untuk membuktikan dirinya layak dalam kursi legislatif, bukan sekedar pemenuhan kuota oleh parpol,” tuturnya, Sabtu (28/1/2023).

Ketangguhan Ainul diasah dalam beberapa organisasi, yang pernah diikutinya. Diantara jejak organisasi yang menaunginya : Ketua PC PMII Gresik tahun 2001, Ketua PC IPPNU Gresik tahun 2004, PD DMI Gresik, KPPI Gresik, GOW Gresik, hingga Ketua PC Fatayat NU Gresik sampai saat ini.

Baca juga:  Hebat! Aktivis Kesenian Gresik Jadi Juri Kompetisi Cerita Pendek di Malaysia

Berangkat dari seorang ayah yang juga aktivitas partai, membuat Farodisa menggeliatkan dirinya sebagai sosok mandiri dan berdaya. Kualitasnya didapat dari proses yang panjang, hingga mendapat bottom up warga Kebomas untuk nyaleg sebagai Dapil 1 Kecamatan Kebomas dan Gresik.

Gresiksatu.com
Infografis Ainul Farodisa. (Desain : Jalil/Gresiksatu.com)

“Masyarakat Kebomas mendorong nama saya ikut serta dalam perayaan demokrasi, sebab dipandang cocok, karena melihat komunikasi, basis massa yang jelas, profesionalitas dan investasi sosial sebagai kinerja tokoh berkualitas,” terangnya.

Mendapat dorongan masyarakat, membuat Farodisa melangkahkan kakinya untuk maju dengan niat kemaslahatan umat. Stereotip negatif perempuan memasuki politik telah luntur dengan pembuktian kualitas. Bahkan keseimbangan antara peran domestik dan publik diampu dengan baik.

“Jangan seperti numpak jaran dipayungi, artinya ikut-ikutan saja, didorong namanya tapi tidak profesional. Kedudukan perempuan dan lelaki itu setara, namun kapasitas harus tetap diasah. Sangat beruntung dalam menjalankan aktifitas publik didukung mitra rumah tangga yang suportif,” tandasnya. (ovi/aam)

Baca juga:  Sosok Ahmad Nailul Faroq, dari Santri Menjadi Politisi
Rekomendasi Berita

Advertisement

Terpopuler

spot_img