GresikSatu | Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Gresik menetapkan berbagai program strategis untuk mendukung pelestarian lingkungan pada tahun 2025.
Program unggulan tersebut meliputi penambahan alat pemantau kualitas udara, pemulihan lahan bekas tambang, dan pengelolaan sampah berbasis teknologi.
Kepala DLH Gresik, Sri Subaidah, menyampaikan bahwa salah satu prioritas utama adalah pengendalian pencemaran lingkungan.
“Kami akan menambah dua alat pemantau kualitas udara di kawasan Jippe dan Freeport, sehingga total ada 11 titik pemantauan. Selain itu, kami juga akan memasang alat pemantau kualitas air di Sungai Bengawan Solo,” jelasnya, Jumat (24/1/2025).
Selain penambahan alat pemantauan, DLH Gresik juga akan fokus memulihkan lahan bekas tambang seluas 6,6 hektare di Desa Suci.
Proyek ini akan melibatkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan direncanakan rampung pada akhir 2025.
“Lahan bekas tambang ini akan direhabilitasi untuk mengembalikan fungsi ekologisnya. Langkah ini diharapkan dapat menjadi contoh praktik pemulihan lingkungan di kawasan lainnya,” tambah Subaidah.
Tidak hanya itu, DLH juga akan menanam 89 ribu bibit mangrove untuk mendukung pemulihan ekosistem pesisir dan mencegah abrasi.
Dalam hal pengelolaan sampah, DLH merencanakan berbagai inovasi, termasuk:
- Penambahan kampung zero waste menjadi 8 lokasi.
- Peningkatan kapasitas produksi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Belahanrejo dari 20 ton menjadi 100 ton per hari.
- Mining landfill dengan kapasitas 1.600 ton per hari di zona tidak aktif.
- Penambahan bank sampah dari 210 menjadi 230 lokasi.
Sri Subaidah juga menekankan pentingnya optimalisasi sistem pelaporan berbasis elektronik seperti amdal.net, Sipena Limbah, dan Simeta untuk meningkatkan kepatuhan perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan.
Pada 2025, DLH menargetkan peningkatan jumlah perusahaan yang melaporkan aktivitas lingkungannya dari 700 menjadi 900 perusahaan.
Di sektor pendidikan lingkungan, DLH akan menambah jumlah sekolah adiwiyata dari 317 menjadi 345, desa berseri dari 18 menjadi 23, dan eco pesantren dari 2 menjadi 3.
Selain itu, DLH juga menargetkan penghargaan Kalpataru dan peningkatan kampung iklim dari 44 menjadi 54 lokasi.
“Kami juga mendukung pengurangan sampah plastik di ritel modern dan menguji coba pemanfaatan pupuk organik dari sampah daun bersama PT Petrokimia dan Dinas Pertanian,” tambahnya.
Dengan total anggaran Rp42 miliar, DLH Gresik optimistis program-program ini akan memberikan dampak signifikan dalam meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan kesadaran masyarakat Gresik.
“Semoga rencana ini bisa terlaksana dengan baik dan membawa manfaat besar bagi masyarakat serta lingkungan,” tutup Sri Subaidah.