GresikSatu | Bukan sekedar instagrammable, kata itu yang paling pas menggambarkan Gresiknesia saat pertama melangkahkan kaki masuk ke dalam.
Gresiknesia merupakan salah satu tempat nongkrong recomended untuk tamu luar kota dan dalam kota yang ada di Kabupaten Gresik. Tempat nongkrong ini terletak di Jalan Nyai Ageng Arem-Arem, Kemuteran, Kebungson, Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik.
Bangunan dengan konsep klasik ala 90 an ini menyajikan hal berbeda, tidak seperti kafe kebanyakan yang hanya menyajikan tempat estetik, Gresiknesia hadir membawa citra nyangkruk pikiran.
Pikiran pragmatis diolah melalui puluhan buku berderet pemikiran tokoh barat, novel-novel roman picisan, hingga sejarah Gresik yang mulai lengkang oleh zaman.
Salah satu pendiri Gresiknesia Irfan Akbar Prawiro, menjelaskan bermula pada tahun 2018 kebutuhan ruang untuk bertemu, beberapa pelaku menginisiasi sebuah tempat yang pas untuk cangkrukan membincangkan masalah seni dan budaya.
“Gresiknesia bekerja sama dengan Omah Damar menginisiasi sebuah tempat untuk berjejaring, ruang kreatif, hingga memiliki fungsi sebagai presentasi, baik artistik maupun masih berupa gagasan,” ungkapnya, Minggu (9/7/2023).
Menawarkan ingatan masa lalu, bangunan kokoh 2 tingkat tersebut menjadi wadah menyalurkan gagasan, perasaan, meluapkan kreasi dan segala bentuk karya yang bisa dinikmati bersama.
“Gresiknesia lahir dari imajinasi Kota, sebuah pikiran anak bangsa yang ingin maju dan paham betul mengenai kotanya sendiri. Sedangkan masih ada banyak hal yang perlu digali seperti sejaraj, sosial filosofi, potensi, identitas, karakter, dan keajaiban-keajaiban lain,” ucapnya.
Iklim seni budaya melalui lukisan Damar Kurung karya maestro Gresik Masmundari menjadi gambaran epik bagaimana wajah Kota di Gresiknesia.
“Disini juga dekat dengan kota lama dan destinasi wisata bersejarah seperti Kampung Kemasan, Rumah Gajah Mungkur, Makam Nyai Ageng Pinatih, Makam Nyai Ageng Arem-arem, Bandar Grisse, yang keseluruhan bisa ditempuh dengan jalan kaki,” tuturnya.
Snack dan minuman yang ditawarkan pun tergolong murah, yaitu di bawah range Rp 15 ribu setiap menu.
“Siapapun bisa dan bebas untuk menemukan wacana kritis yang sesuai, serta berbincang pikiran sembari menikmati secangkir kopi,” jelasnya. (ovi/aam)