GresikSatu | Rusaknya alam akibat maraknya tambang pasir ilegal, menjadi sorotan masyarakat sadar lingkungan di Bawean. Ditambah aktivias itu malah membuat habitat hewan seperi penyu terancam keberadaanya.
Hal itu diperparah semakin sempitnya tempat pendaratan karena eksploitasi pengambilan penyu dan telurnya untuk diperjualbelikan. Kondisi tersebut merupakan suatu kerugian secara ekologi dan ekonomi.
Ketua Perkumpulan Peduli Konservasi Bawean Muhammad mengatakan, ada berbagai langkah strategis yang dapat ditempuh. Caranya dengan penekanan utama pada program-program penyadaran masyarakat akan pentingnya upaya pelestarian penyu dan habitatnya.
“Kami akan melakukan program-program yang bersifat community based, pada kelompok dan penyadaran masyarakat yang nantinya akan meningkatkan kesadaran kritis masyarakat,” ucapnya,Rabu (9/3/2022).
Menurutnya, upaya strategis untuk menjaga keberadaan penyu tetap dipioritaskan. Utamanya melalui upaya penyelamatan atau pelestarian penyu di Pulau Bawean.
“Kini populasinya semakin sedikit bahkan hampir punah,” paparnya.
Baca Juga : Senyum Bahagia Ibu-ibu di Gresik Saat Ketemu Gus Jazil Wakil Ketua MPR RI
Muhammad pun merekomendasikan upaya menjaga kelestarian habitat penyu dengan menjaga lingkungan pantai tempat habitat penyu bertelur. Seperti membuat daerah penetasan telur buatan, serta membuat kolam pembesaran tukik sebelum dilepaskan kembali ke lautan.
“Metode baru tentang pelestarian dan rehabilitasi habitat juga tetap perlu disinergiskan, agar tercipta program yang komprehensif pelestarian penyu,” jelasnya.
Ketua Tim survei lapangan Perkumpulan Peduli Konservasi Bawean Yusra menambahkan, berdasarkan hasil survei lapangan yang dilakukan. Penyu bertelur diketahui mulai bulan januari lalu.
“Hasilnya penyu yang singgah di Pantai bawah bukit bandara Harun Tohir Bawean diketahui ada dua jenis yaitu penyu hijau dan penyu sisik,” terangnya.
“Ternyata dua jenis tersebut ketika bertelur tidak dalam waktu yang sama, penyu hijau biasanya dijumpai warga bertelur pada bulan Agustus dan September, sedangkan kalau penyu sisik bulan November dan Januari,” tambahnya.
Baca Juga : Di tengah Persaingan Industri Bahan Bangunan, SIG Malah Untung Sebesar Rp 34,96 Triliun
Perempuan lulusan Magister Biologi Universitas Jember itu menyebut, jumlah telur ke dua jenis penyu tersebut juga berbeda. Jika penyu hijau biasanya bertelur sekitar 80-90 butir, sedangkan penyu sisik sekitar 125 butir itu sekali bertelur.
Kemudian setelah 10-15 hari penyu tersebut akan naik ke daratan untuk bertelur kembali dan dilubang yang berbeda dan jaraknya tidak akan jauh dari tempat bertelur semula.
“Ada 3 titik yang ditemukan tempat penyu bertelur dua dibagian selatan dan satu dibagian utara. Pada bulan januari 2022,” urainya. (faiz/sah)