GresikSatu | Jajanan Pudak merupakan ikon utama Kota Gresik, terbuat dari bahan tepung beras, gula pasir atau gula jawa dan santan kelapa yang dimasukkan dalam Ope atau sebutan pelepah daun pinang.
Makanan ini memiliki cita rasa manis dengan varian aroma original dan pandan, bentuknya khas melengkung dengan ujung terkuncup diikat. Ia disimbolkan dalam berbagai bentuk atribut pakaian, batik, udeng, damar kurung, atau disajikan dalam adat istiadat di Kabupaten Gresik
Banyak orang tidak mengira bahwa identitas kota Gresik tersebut memiliki filosofis dalam tentang ketresnan (cinta).
“Pudak iku duduk mek tradisi, tapi onok nilai filosofine. Pudak iku simbol katresnan atau bisa dikatakan bahwa cinta sejatinya wong Gresik diwujudkan melalui makanan bernama Pudak ini,” tulis Kris Adji AW dalam bukunya berjudul Sang Gresik Bercerita Lagi, Kamis (29/6/2023).
Pudak bila dilihat dari bungkusnya seakan-akan keras, namun dalamnya terasa lembut dan halus. Kris menyamakannya dengan wujud karakter wong Gresik, meskipun wong Gresik terlihat keras di luar, cara bicaranya lantang dan ceplas- ceplos, tapi hatinya lembut, halus, bahkan penuh cinta. Lembut dan manisnya pudak laksana lembut dan manisnya cinta.
“Lalu, apa kita pernah menjumpai ada orang makan Pudak lebih dari satu? Hampir tidak pernah kan? Alasannya paling klasik adalah rasanya terlalu manis, rasa manis Pudak ini cenderung mblengeri, itulah simbol manisnya hidup berumahtangga. Jika tidak dikelola dengan baik, maka rasa kehidupan rumah tangga akan menjadi monoton atau mblengeri,” ungkapnya.
Jika Pudak yang dipakai lamaran adalah simbol cinta seorang calon suami kepada calon istrinya, maka Pudak yang dipakai dalam acara nelayan Desa Lumpur merupakan simbol cinta dan rasa syukur para nelayan kepada Gusti Allah.
Pudak tidak sekedar simbol cinta pada sesama, cinta pada pasangan, cinta pada tamu, dan pada puncaknya, rasa cinta itu sebenarnya ditujukan kepada Allah, Tuhan Yang Esa. Semua ritual, sambutan, kemeriahan dan kebahagiaan itu pada akhirnya tetap mengharapkan ridho Allah.
“Rasa pudak yang manis seperti kehidupan ini asal bisa mensyukuri. Semakin besar rasa syukurnya, semakin besar pula rezekinya. Itulah filosofi kehidupan,” pungkasnya. (ovi/aam)