GresikSatu | Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) gula aren di Pulau Bawean menghadapi kendala serius akibat kelangkaan bahan baku.
Kondisi ini mendorong para produsen gula merah untuk mendatangi kantor DPRD Gresik guna meminta solusi dan dukungan dari pemerintah daerah.
Ansharuddin M, produsen gula merah dan Ketua Kelompok Masyarakat (Pokmas) Mustika Aren, mengungkapkan bahwa semakin sulit mendapatkan pohon aren yang produktif menjadi ancaman bagi keberlanjutan usaha.
Menurutnya, banyak pohon aren yang sudah tua dan tidak lagi berbuah, sementara beberapa ditebang dan digantikan dengan pohon sengon.
“Kami berharap pemerintah bisa lebih memperhatikan kondisi ini agar para petani dan produsen gula aren dapat bertahan. Kami juga membutuhkan bantuan dalam bentuk edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya melestarikan pohon aren,” ujar Ansharuddin, Jumat (25/10/2024).
Selain masalah bahan baku, ia juga menyampaikan bahwa pemasaran gula merah Bawean masih belum stabil. Kondisi ini memperburuk situasi, mengingat produksi terbatas dan persaingan dengan produk dari daerah lain semakin ketat.
Menanggapi aspirasi tersebut, Wakil Ketua DPRD Gresik, Lutfi Dhawam, berjanji akan segera berkoordinasi dengan Dinas Pertanian untuk menemukan solusi. Salah satu fokusnya adalah peremajaan pohon aren yang tidak lagi produktif.
“Kami akan mendata pohon-pohon aren tua dan mengusulkan pengadaan bibit dalam pembahasan APBD 2025. Ini penting agar produksi gula aren tetap berjalan dan petani bisa terus berdaya,” jelas Lutfi.
Lutfi menegaskan bahwa dukungan untuk UMKM gula aren Bawean sangat penting, terutama karena produk ini sudah mulai dikenal di pasar nasional. Ia berharap dengan peremajaan pohon dan stabilisasi pemasaran, gula merah Bawean dapat terus berkembang dan bersaing dengan produk serupa dari daerah lain.
“Ketersediaan bahan baku harus dijamin agar produksi tetap berjalan. Kami akan pastikan langkah-langkah cepat dilakukan untuk membantu para petani dan produsen gula merah di Bawean,” tutupnya.