Kemeriahan Pelantikan Kepengurusan DKG Tahun 1999

Malam itu, saya memperoleh pranala dokumen. Isinya foto-foto pelantikan kepengurusan Dewan Kesenian Gresik (DKG) 1999oleh Bupati Gresik (saat itu) Kolonel (L) H. Soewarso pada 30 Juli 1999. Kepengurusan DKG 1999 diketuai oleh Pak Nizam, seorang insinyur yang mencintai seni dan budaya, serta pendidikan.

Kolega bercerita, waktu itu sebelum pelantikan, ada dua kegiatan yang saling berhubungan yang dimulai sehabis salat isya, yaitu: pembacaan macapat oleh Wak Nur Hasyim (seniman tradisi macapat Lumpur, Gresik) di Pendopo Kabupaten Gresik; dan kepengurusan DKG 1999 yang diarak dari Kelurahan Lumpur menuju Pendopo Kabupaten Gresik.

Suasana arak-arakan pelantikan kepengurusan DKG 1999
Sumber foto: DKG 1999

Pada arak-arakan itu, jika saya telisik beberapa foto, terlihat formasi, antara lain: anak-anak membawa obor (paling depan); pencak macan dengan musik pengiring; pengurus DKG 1999 yang akan dilantik Bupati Gresik Kolonel (L) H. Soewarso; lampu ngarak; dan hadrah banjari (paling belakang). Animo masyarakat begitu besar ketika menonton arak-arakan dengan atraksi pencak macan.

Kolega bercerita lagi, ketika arak-arakan sampai di Pendopo Kabupaten Gresik, Wak Nur Hasyim pun memberhentikan pembacaan macapat. Setelah itu, terjadi proses pelantikan kepengurusan DKG 1999 yang disaksikan oleh masyarakat Gresik. Dari beberapa foto itu, saya jadi tahu awal terbentuknyakepengurusan DKG 1999 dengan kemeriahan pelantikannya.

Pak Nizam selaku ketua DKG 1999 memberi sambutan
Sumber foto: DKG 1999

Periode DKG 1999

Saya berkirim pesan kepada seniman Irfan Akbar via aplikasi WhatsApp. Percakapan kami mengenai periode kepengurusan DKG dari tahun 1999 hingga sekarang (tulisan ini ditulis). Ternyata kepengurusan DKG sudah berganti empat kali. Rinciannya (saya sebut sesuai nama panggilan): Periode pertama, Pak Nizam (dimulai 1999); Periode kedua, Pak Kris; Periode ketiga, Pak Budi Palopo; Periode keempat, Pak Roin (berakhir 2021).

Baca juga:  Pameran “ARTea” dan Figur dari Siwi Andika

Seniman Irfan Akbar mengisahkan dalam pelantikankepengurusan DKG dengan arak-arakan hanya ada pada periode Pak Nizam. Artinya, arak-arakan itu bisa disebut sebagai perwujudan suka-cita para seniman yang akan memiliki lembaga kesenian (DKG). Tapi kalau saya lihat dari dua kegiatan yang saling berhubungan sebelum pelantikan kepengurusan DKG1999, rasanya ada makna melebihi suka-cita.

Suasana atraksi pencak macan
Sumber foto: DKG 1999

Formasi

Formasi arak-arakan, paling depan ada anak-anak membawa obor. Barangkali anak-anak membawa obor sebagai pelita penunjuk jalan ke Pendopo Kabupaten Gresik. Di belakang anak-anak membawa obor, ada pencak macan dengan musik pengiring. Pencak macan adalah salah-satu kesenian arak-arakan tradisional dari Kelurahan Lumpur. Biasanya pencak macan jadi bagian tradisi pengantin sebagai pengiring keluarga lelaki untuk menggantarkan lelaki ke perempuan. Dalam pencak macan, atraksi terjadi setiap arak-arakan berada di perempatan jalan.

Suasana anak-anak membawa obor
Sumber foto: DKG 1999

Beberapa foto merekam tokoh-tokoh dalam pencak macan, yaitu: genderuwo, monyet, harimau, dan tarzan. Kalau dilihat dari tokoh-tokoh dan atraksinya, saya memperoleh maknasebagai berikut: Perempatan jalan menandakan empat mata angin sebagai perjalanan baru yang mengandung pelbagai rintangan bagi sepasang pengantin; genderuwo adalah ego manusia; pertengkaran harimau dan monyet berarti sepasang pengantin telah dikuasai ego; dan tarzan sebagai juru damai menghentikan pertengkaran harimau dan monyet.

Suasana pengurus DKG 1999 yang diarak
Sumber foto: DKG 1999

Hal menarik dari pencak macan di beberapa foto adalah kemunculan tokoh Tarzan. Ya, tokoh tarzan menarik karena seni tradisi dapat melakukan transformasi dengan mengambil khazanah luar. Akibatnya, tokoh tarzan mengalami proses penciptaan kreativitas sehingga seni tradisi membentuk kedinamisan (tanpa menghilangkan kepakemannya).

Di belakang pencak macan dengan musik pengiring, ada pengurus DKG 1999. Saya pun terenyuh karena beberapa nama pengurus DKG 1999 telah almarhum, sebut saja (saya sebut sesuai nama panggilan): Pak Ucok, Pak Toni, Pak Lenon, Pak Inung, dan Pak RM Yunani. Kemudian lampu ngarak yang ditutup oleh hadrah banjari.

Baca juga:  Choi Emem: Lagu Asmara Berlatar Wisata
Suasana lampu ngarak dan hadrah banjari
Sumber foto: DKG 1999

Lampu ngarak merupakan seni arak-arakan dari Kelurahan Lumpur yang kini hampir punah. Dahulu, lampu ngarak dinyalakan dengan karbit. Sekarang, (dipakai di pelantikan kepengurusan DKG 1999) telah menggunakan lampu yang bersumber listrik dari diesel. Artinya, meski hampir punah, ada transformasi. Semoga 2022 masih ada lampu ngarak.

Sedangkan, hadrah banjari adalah hadrah yang dimainkan anak-anak dan remaja. Biasanya digunakan untuk mengiringi sholawatan dan puja-puji di langgar. Dan juga dimainkan pada hari besar agama dan nasional. Dalam hadrah banjari, alat musik utama adalah terbang (rebana), alat musik pukul.

Pelantikan kepengurusan DKG 1999
Sumber foto: DKG 1999

Garis Bawah

Pelantikan kepengurusan DKG 1999 itu terjadi sekitar 23 tahun yang lalu (dihitung sampai tahun 2022). Banyak seniman Gresik (selain pengurus DKG 1999) juga telah almarhum, seperti (saya sebut sesuai nama panggilan): Wak Nur Hasyim (seniman macapat) dan Wak Nurul Huda (seniman pencak macan). Alangkah eloknya, jika spirit kreativitas para beliau tetap bersambut bak estafet.

Nah, berkenaan pelaksanaan Musda DKG 2022, nama DKG tetap Dewan Kesenian Gresik atau berubah jadi Dewan Kebudayaan Gresik, saya pikir bukan masalah penting. Terpenting adalah para seniman yang terlibat sebagai pengurustetap bergerak dan berkarya. Juga tetap berproses mengembangkan seni dan budaya Gresik. Tabik.**

Catatan: Kolom Sastra GresikSatu diasuh oleh penyair dan penikmat seni rupa Aji Saiful Ramadhan yang tinggal di Gresik.

Rekomendasi Berita

Advertisement

Terpopuler