GresikSatu | Sepekan terakhir ini, banjir Gresik Selatan juga merendam ratusan hektar sawah. Tidak sedikit petani merugi, karena tanaman padi hendak panen. Otomatis gagal. Dinas Pertanian Gresik mencatat ada 292 hektar area tanam yang kebanjiran. Dengan estimasi kerugian Rp 372 juta.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Bidang Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian Gresik Syamsul Ma’arif. Pihaknya mencatat ada 292 hektar area tanam yang kebanjiran. Jumlah tersebut merupakan data hingga 22 Februari lalu di enam kecamatan Gresik selatan.
“Ini data masih diperbarui. Kemungkinan bertambah karena banjir masih ada,” ucapnya, Selasa (28/2/2023).
Saat ini, lanjut dia tanaman para petani di sawah memasuki masa panen. Para petani sedang menanam padi dengan umur 70-90 hari. Hanya menunggu masa panen datang. Namun, terjangan banjir membuat petani rugi cukup besar. Dinas Pertanian mentaksir kerugian petani mencapai Rp 372 juta.
“Itu bukan gagal panen, tapi jumlah dan kualitasnya menurun,” jelasnya.
Kendati demikian, pihaknya menyebut masih banyak petani terdampak banjir itu tidak ikut asuransi. Hal tersebut patut disayangkan. Dari data yang ada, kebanyakan petani yang ikut asuransi berasal dari Cerme dan Dukun. Sedangkan di wilayah Benjeng, Balongpanggang, Menganti, hingga Kedamean tidak ada yang gabung asuransi.
“Kalau ada banjir, petani tidak bisa klaim asuransi,” ujarnya.
Sementara itu, salah satu petani asal Menganti Suntoro, yang tanaman padinya kebanjiran. Sawah 1 hektar yang dikelola terendam banjir cukup dalam. Sebab, masih belum ad saluran air untuk memperlancar arus banjir.
“Kondisi padi rusak dan basah. Perkiraan saya bisa membawa pulang paling banyak 12 karung saja. Biasanya sampai 30-40 karung,” ucapnya, Senin (27/2/2023).
Selain sawah, area tambak pun juga terdampak banjir cukup besar. Seperti di wilayah Desa Jono dan Tambakberas, Kecamatan Cerme. Sekitar 375 tambak kebanjiran akibat tanggul jebol di Desa Jono beberapa hari yang lalu. Bahkan hingga saat ini, air banjir itu belum surut.
“Ini air masih menggenang. Karena disini wilayah hilir, air ini merupakan kiriman dari banjir di hulu beberapa hari lalu,” ucap Kepala Desa Jono, Asrun. (faiz/aam)