GresikSatu | Dalam puncak acara Giri Pancasuar Award (GPA) yang diselenggarakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Gresik, KH Masbuhin Faqih meraih Penghargaan sebagai tokoh Ulama Berpengaruh. Pondok Pesantren Mambaus Sholihin, yang terletak di Suci, Kecamatan Manyar, Gresik, diapresiasi karena memberikan inspirasi signifikan kepada masyarakat Kota Pudak.
KH Masbuhin Faqih, dikenal sebagai pendidik yang mendalam dalam menyampaikan ajaran salafunas sholih, juga berhasil mencetak banyak santri yang kini berkarya di berbagai sektor, termasuk agama, pemerintahan, sosial, dan bisnis di seluruh Nusantara.
Penghargaan prestisius ini diserahkan langsung kepada keluarga Pondok, diwakili oleh Agus H Dr Moh Najib, Lc. Dalam sambutannya, Gus Najib sapaan akrapnya, mengungkapkan rasa terima kasih kepada penyelenggara acara atas kepercayaan yang diberikan kepada Romo Kiai Masbuhin Faqih.
“Harapan dan permohonan kami kepada masyarakat, agar senantiasa memberikan doa kepada Kiai Masbuhin. Semoga beliau terus mampu mendidik santri yang bermanfaat bagi negeri ini, khususnya di Kabupaten Gresik,” ucapnya pada acara yang berlangsung di Wisata Heritage Bandar Grissee, Sabtu (25/11/2023) malam.
Gus Najib, juga turut menyampaikan permohonan doa agar KH Masbuhin Faqih senantiasa diberikan kesehatan, serta mampu terus memberikan nasehat, petuah, dan masukan untuk kemajuan Gresik.
“Mari kita bersama-sama menjaga marwah predikat Gresik sebagai Kota Santri, agar identitas ini tetap melekat di Gresik. Kota yang menjadi tempat Ulama, Wali, dan penyebaran Islam. Predikat tersebut harus terus dijaga, sehingga Gresik menjadi Baldatun Toyyibatun Ghofur,” tandasnya.
Profil Perjalanan Hidup KH Masbuhin Faqih: Dari Gontor Hingga Memajukan Gresik
Lahir pada 31 Desember 1947 di Desa Suci, Kecamatan Manyar, Gresik, KH Masbuhin Faqih, putra dari pasangan KH Abdullah Faqih dan HJ Tswaibah, menorehkan perjalanan hidup yang kaya akan kontribusi dalam pendidikan dan dakwah Islam.
Masa Kecil dan Pendidikan Awal
Pendidikan KH Masbuhin dimulai dari MI hingga MTS di lingkungan yang penuh nilai-nilai agama. Setelah menyelesaikan Tsanawiyah, perjalanan pendidikannya melangkah ke Pondok Pesantren Darussalam, Gontor, Ponorogo, Jawa Timur. Di sana, beliau mendalami ilmu bahasa Arab dan Inggris, mencetak fondasi pendidikan yang kuat.
Pengalaman di Pondok Pesantren Langitan Widang Tuban
Setelah dari Gontor, KH Masbuhin melanjutkan perjalanan ilmunya di Pondok Pesantren Langitan Widang Tuban. Selama 17 tahun, beliau nyantri, memperdalam ilmu kitab kuning, dan mengabdi dengan penuh dedikasi. Jargonnya, “nek mondok ojo belajar tok, tapi nyambio ngabdi nang pondok iku” (Di pondok, jangan hanya belajar, tapi juga ikut berbakti), mencerminkan semangatnya.
Dakwah dan Peran di Masyarakat Suci
Tahun 1976 menjadi poin penting ketika KH Abdullah Faqih mengajak KH Masbuhin untuk berjuang di tengah masyarakat Suci. Kepercayaan guru membuatnya harus kembali pulang dari Langitan ke Suci untuk mengabdi dan berdakwah.
Pembangunan Pondok Pesantren Mamba’us Sholihin
Proses pendirian Pondok Pesantren Mamba’us Sholihin (MBS) tidak terlepas dari perjuangan dan tekadnya. Pembangunan kompleks dan sekolah dilakukan dengan langkah yang mantap. Setelah kepergian sang ayah (KH Abdullah Faqih Suci) pada 1997, KH Masbuhin mengambil alih kepemimpinan dan membawa MBS untuk menggantikan peran abahnya.
Perjalanan Dakwah dan Pengakuan Internasional
Dengan gigihnya berdakwah, KH Masbuhin menjadi ulama terkemuka di Indonesia dan diakui hingga ke luar negeri, khususnya di Hadaramaut, Yaman. Cintanya pada dzuriyyah Rasulullah SAW membuatnya terkenal di negeri tersebut. Kehadiran habaib dari Yaman di Indonesia selalu diarahkan ke Pondok Mamba’us Sholihin, mencerminkan penghormatan atas ajaran yang disebarkan oleh KH Masbuhin.
Kehidupan Pribadi dan Dedikasi Keluarga
Dalam mengarungi bahtera kehidupan, KH Masbuhin didampingi seorang istri yang taat dan setia sehidup semati, nama beliau Nyai Hj. Mas ’Aini. Dari pernikahan tersebut, mereka diberkahi dengan 12 anak, 9 putra dan 3 putri.
Pengembangan Mamba’us Sholihin dan Cabang-cabangnya
Dengan kerja keras dan dedikasi, MBS berkembang pesat dan membuka 7 Pondok Cabang Mamba’us Sholihin di berbagai daerah di Indonesia. Selain di Gresik, cabang-cabang tersebar di Balong Tunjung (Gresik), Masohi (Maluku Tengah), Kedung Sumber (Gresik), Pengambengan (Bali), Uban (Kepulauan Riau), dan Katerban (Tuban).
Keterlibatan dalam Sosial dan Ekonomi
Tak hanya dalam bidang pendidikan, KH Masbuhin juga aktif dalam pendirian lembaga sosial Markaz Bayt Al-Musa’adah dan Rumah Sakit Bayt Al-Musa’adah di Pondok Mamba’us Sholihin, Suci, Gresik. Dalam aspek ekonomi, beliau mendirikan usaha air minum MBS Water, MBS Bakery, dan melibatkan diri dalam pembangunan Rumah Sakit (RS) Bayt Al-Musa’adah.
Profil KH Masbuhin Faqih tidak hanya mencerminkan perjalanan seorang ulama, tetapi juga kisah inspiratif tentang dedikasi, pembangunan, dan pengabdian yang mengukir jejak positif di masyarakat. (faiz/aam)