GresikSatu | Ribuan warga dari berbagai daerah berkumpul di Desa Pongangan, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, untuk mengikuti peringatan haul ke-59 KH Mohammad Syafi’i, pada Sabtu (2/11/224).
Acara dimulai dengan kirab dua tumpeng raksasa yang diarak mengelilingi desa. Tumpeng tersebut berisi nasi kuning serta beragam buah dan hasil bumi lainnya, sebagai simbol syukur warga desa atas berkah yang mereka terima selama ini.
Kirab ini menjadi daya tarik bagi masyarakat sekitar, yang dengan antusias mengikuti arak-arakan tumpeng sebelum tumpeng tersebut didoakan di depan makam KH Mohammad Syafi’i.
Tradisi ini, selain menjadi bagian dari rangkaian haul, juga menjadi momen yang mempererat tali persaudaraan antarwarga.
Ketua panitia Ahmad Junaidi Mujadid, atau yang akrab disapa Gus Juned, menjelaskan bahwa kegiatan ini selalu diselenggarakan setiap tahun sebagai wujud penghormatan kepada KH Mohammad Syafi’i yang berjasa dalam penyebaran agama Islam di Gresik.
“Acara ini bukan hanya untuk mengenang jasa beliau, tetapi juga menjadi momen bagi seluruh warga desa untuk bersyukur dan menjalin kerukunan,” ujar Gus Juned.
Ia juga menambahkan bahwa tradisi tumpeng di kirab ini melambangkan kesejahteraan desa yang sejak dahulu mengandalkan hasil bumi dan buah-buahan.
“Usai kirab, tumpeng raksasa warga berebut dengan berharap memperoleh berkah dari makanan yang telah diberkati tersebut,” jelasnya.
Seorang warga, Salman Alfarisi, mengaku senang bisa ikut serta dan mendapatkan nasi kuning serta buah dari tumpeng.
“Ini bagian dari mencari berkah dari ketokohan KH Syafi’i yang berjasa besar dalam penyebaran Islam di Gresik,” katanya.
Haul ini juga dimeriahkan dengan berbagai kegiatan keagamaan, seperti khataman Al-Qur’an, tahlil, dan sholawat bersama. Pada malam harinya, acara ditutup dengan pengajian yang dipimpin oleh KH Ahmad Muwafiq, atau yang dikenal sebagai Gus Muwafiq.
Profil Singkat KH Syafi’i
KH Syafi’i, adalah salah satu tokoh masjid asal Gresik yang makamnya berada di Desa Pongangan, Kecamatan Manyar. Hingga kini, sosok kewaliannya masih melekat. Bahkan, setiap tahun masyarakat sekitar merayakan hari wafatnya dengan gelaran acara yang megah.
Menurut Gus Najib cicit generasi ke-4 KH Syafi’i, kakekny merupakan sosok ulama yang banyak menjadi rujukan di masa hidupnya. Bahkan namanya melambung di pelosok Gresik dan Surabaya.
Julukan kecilnya adalah Saeng. Setelah menunaikan ibadah haji namanya berubah menjadi KH Mohammad Syafi’i. Dia anak ke-3 dari 10 orang bersaudara. Syafi’i dilahirkan oleh sepasang suami istri yang bernama Raden Singousul dan Raden Ajeng Samiani.
Jika diurutkan dari garis silsilah, KH Syafi’i merupakan keturnan dari Kanjeng Sunan Giri ke – 11. Sedangkan Gus Najib cicit KH Syafi’i keturunan ke 15 atau yang terakhir dari Sunan Giri.
Untuk jalur pendidikannya, ia dahulu pernah ngaji kepada Mbah Idris Leran, kemudian mondok di Ponpes Qomaruddin menjadi santri dari Mbah Sholeh Sanin.
Selain menjadi seorang kyai sakti mandraguna, KH Syafi’i dahulunya juga pernah menjabat Kepala Desa Pongangan periode ke tiga. Dahulu Pongangan masih desa baru, yang sebelumnya masuk dalam peta Kawedanan Suci.
Sebelum ada istilah kecamatan, masih ada kawedanan yakni, di daerah Suci. Dibuktikan dengan pemakaman sebelah Mbah Syafi’i, ada makam dari wedana (camat) Suci.
Untuk menghormati perjuangan, namanya kini menjadi nama jalan dari Bunder hingga Tenger. Banyak masyarakat memperingati haulnya setiap 28 robiul akhir, ba’da maulud sesudahnya Rabu wekasan. Tradisi tersebut selalu disambut meriah.