Kisah Muhammad Arif asal Gresik, Jadi Lulusan Doktor Terbaik di UAC pada Usia 31 Tahun

GresikSatu | Muhammad Arif, seorang mahasiswa asal Gresik, mencatatkan prestasi gemilang dengan meraih gelar Doktoral Pendidikan Agama Islam (PAI) dari Universitas KH Abdul Chalim (UAC) Mojokerto.

Pada usia 31 tahun, Arif dinyatakan sebagai lulusan terbaik dengan predikat cum laude dalam Sidang Senat Terbuka Wisuda Ke-V UAC.

Arif berhasil meraih IPK 3,91 dengan desertasi yang berjudul “Model Pembelajaran Kitab Kuning untuk Meningkatkan Kepakaran Fikih dan Tasawuf di Perguruan Tinggi Berbasis Pesantren.”

Dalam penelitiannya, Arif berusaha membantah pandangan Tom Nichols dalam bukunya The Death of Expertise, yang mengklaim bahwa kepakaran telah mengalami kemunduran. Arif menunjukkan bahwa kepakaran tetap hidup dan berkembang di kalangan santri, khususnya di pesantren-pesantren di Gresik.

Arif melakukan penelitian multi situs di UNKAFA Gresik dan Institut Al Fitrah Surabaya, fokus pada kepakaran fikih dan tasawuf. Ia berpendapat bahwa model pembelajaran di pesantren tetap terstruktur dengan baik, mencakup visi, misi, kurikulum, dan implementasi yang efektif.

“Saya ingin menunjukkan bahwa kepakaran di dunia pesantren tidak hanya bertahan tetapi juga terjaga dengan rapi melalui model pembelajaran yang terintegrasi,” ungkap Arif.

Baca juga:  Kemenko Marves Apresiasi Penataan Kawasan Pelabuhan Gresik 

Pria yang tinggal di Desa Sumput, Driyorejo tersebut menolak sintesis Tom Nichols yang dianggap tak relevan. Sebab perguruan tinggi pesantren hidup dengan model pembelajaran kepakaran yang tertata rapi, baik visi misi, kurikulum hingga implementasi pembelajaran.

“Misalnya saja Gresik fokus dengan kota santri, maka tidak akan terlepas dengan kajian penelitian pesantren, sub kultur pesantren itu sendiri,” ungkapnya.

“Saat ini saya berfokus pada metode penelitian yakni Contextual Literacy Learning (CLL) Model di UNKAFA Gresik, dan Contextual Multiliteracy Learning (CML) Model di Institut Al Fitrah Surabaya,” imbuh Bapak dua anak tersebut.

Ia menjelaskan, bahwa model pembelajaran tersebut bukan hanya membahas secara definisi apa itu kitab kuning namun mengkontekstualisasikannya dalam kehidupan.

“Sebagai akademisi saya ingin memperkuat kepakaran tersebut dengan model pembelajaran yang saya temukan,” ucapnya.

Berkat kerja kerasnya, Wakil Rektor 3 Institut Al Azhar Menganti ini bahkan mampu menulis artikel ilmiah yang terbit di jurnal terindeks Scopus hingga jurnal Religion yang terindeks Q1 dan Wos.

Baca juga:  Bupati Gresik Optimis Proyek SPAM Umbulan di Duduksampeyan Selesai Akhir Tahun

Selain prestasi akademik, Arif juga aktif dalam penulisan artikel ilmiah. Karya-karyanya telah diterbitkan di jurnal internasional, termasuk jurnal terindeks Scopus dan jurnal Religion yang terindeks Q1 dan WOS. Arif juga merupakan penulis buku “Karya Tulis Ilmiah: Implementasi Chatgpt Dan Manajemen Referensi Menulis”.

“Alhamdulillah sudah pernah berkesempatan menjadi Pemateri di Malaysia tentang riset dan metode penelitian basis slr di Universitas Malaysia Perlis Kampus Pauh Putra, kaena kebetulan berkolaborasi dengan teman-teman akademisi dunia. Sama-sama peneliti bidang pendidikan islam,” jelasnya.

Arif sendiri menempuh pendidikan S1nya di Institul Al Azhar Menganti, kemudian mengambil Magister di UINSA Surabaya. Dan saat ini aktif di Kemenag RI bidang Literasi jenjang Madrasah Ibtidaiyah, di samping menjabat sebagai wakil Rektor ISTAZ.

“Filosofi saya santri itu tidak terkungkung dengan penokohan saja, kalo orang islam nggak mau membaca pemikiran barat ya bagaimana bisa mengalahkannya. Pelajari dan cari kelemahannya. Pesan saya buat anak muda, sering membaca, kemudian zakatnya orang membaca itu pasti menulis. 2 hal ini tidak bisa terpisahkan,” pungkasnya.

Reporter:
Chofifah Qurotun Nida
Editor:
Aam Alamsyah
Rekomendasi Berita

Advertisement

Terpopuler