Kisah Umar Masud Merebut Pulau Bawean dari Kekuasaan Raja Babileon

GresikSatu | Di era kejayaan Majapahit, Pulau Bawean pernah dikuasai raja bernama Babileon. Raja ini menganut aliran paham animisme. Dimana masyarakat saat itu masih percaya benda-benda yang memiliki kekuatan gaib.

Setelah tahun 1601, seorang ulama datang di pulau ini, lalu menyebarkan ajaran Islam. Ulama tersebut bernama Syekh Maulana Umar Masud. Penyebaran Islam di Pulau Bawean tentunya tidak semudah membalikan tangan. Pasalnya Umar Masud harus menghadapi raja yang sudah berkuasa di tempat tersebut.

Cara Umar Masud menyebarkan ajaran Islam pun bisa dibilang sangat humanis. Ia menerapkan strategi yang dilakukan oleh Wali Songo. Yakni berdakwah dengan cara lemah lembut dan penuh keramahan. Namun cara itu pun ternyata tak membuat warga penduduk ikut bergabung dalam ajarannya.

[penci_related_posts dis_pview=”no” dis_pdate=”no” title=”Baca Juga” background=”” border=”” thumbright=”no” number=”4″ style=”list” align=”none” withids=”” displayby=”cat” orderby=”rand”]

Pasalnya, Umar Masud harus berhadapan dengan Raja Babileon yang menguasai pulau tersebut. Dalam ceritanya, Umar Masud adu kesaktian ilmu kanuragan dengan Raja Babileon. Pertaruangan yang bertempat di Alun-alun Bawean, singkat cerita dimenangkan oleh Umar Masud. Hingga akhirnya Syekh Maulana Umar berhasil mengislamkan Pulau Bawean.

Datang ke Bawean Menaiki Ikan Besar

Cerita Umar Masud datang ke Pulau Bawean, ternyata bukan hanya kebetulan belaka. Melainkan sebuah pelarian karena runtuhnya kerajaan Giri Kedaton. Diketahui, Umar Masud yang sebelumnya nyantri di Sunan Giri lari dari pengejaran Prajurit Majapahit menuju ke Pulau Bawean.

“Datang ke Pulau Bawean pun sangat unik. Umar Masud menaiki ikan besar yang menjadi trasportasinya menyebrangi laut,” kata tokoh masyarakat Bawean R H Mohammad Ali Masyhar, Rabu (8/6/2022).

Dalam manuskrip yang disimpan Ali Masyhar, bahwa pelarian Umar Masud bukanlah seorang diri. Melainkan bersama sang kakak Pangeran Sekar. Semula tempat yang dituju adalah Arosbaya Madura. Sampai akhirnya dua saudara itu menyebar, sang kakak menetap di Madura dan sang Adik di Pulau Bawean. Keduanya sama-sama menyebarkan ajaran Islam.

“Jadi kenapa Umar Masud ini begitu getol dalam menyebarkan ajaran Islam, ternyata beliau adalah cucu dari Sunan Drajat Raden Syarifuddin atau Raden Qasim, yang merupakan Wali Songo,” paparnya.

Sejarah Pulau Bawean Gresik Datang ke Bawean Menaiki Ikan Besar Kisah Kisah Umar Masud Merebut Pulau Bawean
Toko masyarakat Bawean R Moh Ali Masyhar saat menunjukkan manuskrip lama tentang Syekh Maulana Umar Masud di Bawean (Faiz/www.gresiksatu.com)

Dikatakan setelah Kerajaan Babileon dikalahkan, banyak warga Bawean beragama Islam dan menjadi pengikut Umar Masud. Warga Bawean bahkan memberi gelar penghormatan, yang diberi nama Pangeran Sidiq Maulana Masud.

Jasa-jasanya pun hingga kini masih bisa dirasakan oleh warga Pulau Bawean. Diantaranya Masjid Masjid Jami’ Sa’adatuddarain yang merupakan peninggalannya, sampai saat ini berdiri megah di barat Alun-alun Bawean.

“Tidak hanya itu, nama beliau juga dipakai menjadi nama Rumah Sakit Daerah (RSUD) Umar Masud. Ini menandakan jika perjuangan beliau tidak boleh dilupakan,” katanya mempungkasi.

Sekedar diketahui, Pangeran Prigi atau Syekh Maulana Umar Masud wafat tahun 1630 M. Terhitung 100 tahun lebih masa dakwahnya di Bawean. Lalu kepemimpinannya digantikan putranya semata wayang Raden Ahmad Ilyas (Pangeran Agung) 1630 sampai 1661.  (faiz/aam)

Rekomendasi Berita

Advertisement

Gresik Gres