GresikSatu | Festival Film Santri yang bekerja sama dengan Air Mineral Santri dan Toko Basmalah Pondok Pesantren (Ponpes) Sidogiri, Pasuruan menggelar rangkaian program workshop pembelajaran pengarsipan dan produksi film, di lima pondok pesantren di Jawa Timur sampai satu bulan ke depan.
Lima Ponpes itu, yakni Ponpes Sidogiri Pasuruan, Ponpes Syaikhona Kholil Bangkalan Madura, Ponpes An Nur Malang, Ponpes Lirboyo Kediri, dan Ponpes Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo.
Kelima pesantren tersebut menjadi tempat diselenggarakannya rangkaian kegiatan menuju Festival Film Santri.
Festival Film Santri adalah festival film di Indonesia yang fokus pada perkembangan sinema dan dunia Islam.
Direktur Festival Film Santri, Agoes Sam mengatakan, Festival Film akan diselenggarakan pada 2025. Dengan memulai langkah awal dengan mengaktivasi program-program seperti, Workshop Pengarsipan dan Produksi Film, Workshop, Kritik dan Kuratorial film, Misbar Santri, dan Santri Keliling.
“Aktivasi program merupakan langkah paling awal untuk memperkenalkan kepada santri, secara khusus, dan publik, secara umum. Bahwa sebuah festival film digagas bukan hanya untuk perayaan semata. Tetapi juga sebagai sarana belajar melalui praktik kebudayaan dan pengetahuan yang dilakukan secara kolaboratif, eksperimentatif, dan simulatif,” ucapnya, Kamis (29/8/2024).
Menurutnya, Festival Film Santri merupakan sebuah festival film yang dikhususkan untuk berfokus pada pertumbuhan sinema dan dunia Islam di Indonesia.
“Sebuah festival film digagas bukan hanya untuk perayaan semata, tetapi juga sebagai sarana belajar melalui praktik kebudayaan dan pengetahuan yang dilakukan secara kolaboratif, eksperimentatif, dan simulatif,” jelasnya.
Hal senada disampaikan oleh Majelis Keluarga Ponpes Sidogiri, Mas Dwy Sadoellah menerangkan workshop Festival Film Santri bukan sekadar acara biasa. Lebih dari itu, kata dia, workshop ini menjadi bentuk silaturahmi yang menguatkan persaudaraan di tengah kekayaan pengetahuan dan ekspresi keislaman yang telah melintasi zaman di Indonesia.
“Workshop ini sebenarnya adalah bentuk lain dari silaturahmi yang menawarkan hangatnya persaudaraan, yang dirajut dari khazanah pengetahuan dan ekspresi keislaman yang telah lama ada di Indonesia,” ucapnya.
Workshop Pengarsipan dan Produksi Film yang bertajuk “Menggali Arsip, Menimba Pengetahuan” ini, merupakan praktik retrospektif atas peran pesantren, sebagai lembaga pendidikan tertua dan akar kebudayaan islam di Indonesia. Di mana khazanah pengetahuan pesantren dapat ditelisik melalui ketokohan, serta berbagai arsip berharga yang kaya akan sejarah dan budaya islam.
“Seperti manuskrip kuno, kitab-kitab kanon dan klasik Islam, catatan sejarah, surat-surat, memorabilia, arsitektur, kesaksian, dan lain sebagainya,” paparnya.
Praktik retrospektif lanjut dia, yang dituangkan melalui Workshop Pengarsipan dan Produksi Film ini, diharapkan mampu memberikan pemahaman mendalam akan pentingnya pekerjaan pengarsipan, riset, dan kajian yang berkelanjutan.
“Serta kemungkinan alih wahana arsip-arsip pesantren ke dalam medium baru,” tuturnya.
Sedangkan, Direktur Program Festival Film Santri, Yogi Ishabib menambahkan fungsi film sebagai salah satu medium yang efektif untuk praktik pengarsipan. Bahwa film merupakan medium yang peka terhadap perkembangan teknologi, dan kemudahannya untuk bisa diakses oleh publik.
“Film menjadi jembatan yang membantu memahami sifat dialektis arsip yang berada di antara masa lalu dan masa sekarang, serta bagaimana posisi kita ketika terhubung dengan dua masa itu,” tambahnya.
Adapun Workshop Pengarsipan dan Produksi Film, diawali dari Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan pada 22-24 Agustus 2024.
Kemudian secara berurutan dilaksanakan di Pondok Pesantren Syaikhona KHolil Bangkalan pada 30 Agustus-1 September.
Berikutnya digelar di Ponpes An Nur Malang pada 6-8 September, di Ponpes Lirboyo Kediri pada 12-14 September.
Sementara workshop terakhir di Ponpes Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo dilaksanakan pada 20-22 September mendatang.