GresikSatu | Semarak Ramadan di Desa Suci, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik terasa semakin hangat dengan hadirnya Lomba Klotekan Festival Ramadan 2025. Kegiatan ini digagas oleh Karang Taruna (Kartar) Karya Suci sebagai upaya melestarikan budaya lokal yang sudah lama tidak digelar.
Pantauan di lapangan, lapangan Desa Suci dipenuhi warga yang antusias menyaksikan pertunjukan berbagai grup klotekan dari kalangan muda hingga dewasa. Suara dentingan bambu dan alat pukul sederhana lainnya berpadu menciptakan irama khas yang menghibur dan menggugah nostalgia.
Klotekan sendiri merupakan seni musik tradisional yang dimainkan dengan alat seadanya, seperti bambu, kayu, atau kaleng bekas. Dulu, klotekan kerap dimainkan sebagai hiburan malam hari sekaligus sarana kebersamaan masyarakat, terutama saat Ramadan.
Ketua Kartar Karya Suci, Muhammad Syafa’ul Anam, menjelaskan bahwa inisiatif menggelar lomba ini merupakan bentuk komitmen generasi muda dalam menjaga warisan budaya desa.
“Kami sebagai generasi muda ingin melestarikan tradisi budaya klotekan, sebuah warisan yang penuh nilai sejarah dan kearifan lokal. Klotekan bukan sekadar alat musik sederhana, tetapi juga ajang kreativitas dan kebersamaan warga,” ungkapnya, Senin (24/3/2025).
Terakhir kali digelar pada tahun 2012, lomba klotekan sempat vakum selama lebih dari satu dekade. Kini, melalui Festival Ramadan 2025, Kartar Karya Suci ingin membangkitkan kembali semangat budaya tersebut.
“Kami ingin mengangkat kembali budaya yang sudah ada sejak sekitar 12–13 tahun silam. Harapannya, semangat dan antusiasme masyarakat bisa tumbuh kembali,” ujar Syafa’.
Tak hanya berorientasi pada hiburan, lomba ini juga dimaksudkan sebagai sarana edukasi budaya bagi generasi muda. Syafa’ berharap anak-anak di Desa Suci tetap mengenal dan mencintai budaya lokal mereka.
“Kami tidak ingin tradisi ini hanya dikenang. Kami ingin anak-anak muda tetap mengenalnya, mencintainya, dan menjadikannya bagian dari kehidupan mereka,” lanjutnya.
Tahun ini tercatat ada 12 grup yang mendaftar untuk mengikuti lomba. Meski beberapa di antaranya mundur, panitia tetap optimis kegiatan ini akan terus berkembang ke depannya.
“Harapannya tahun depan bisa lebih besar lagi, dengan peserta yang lebih banyak dan apresiasi yang lebih luas dari masyarakat,” pungkasnya.