Made Wirya Mengayuh Sepeda Meredam Kegelisahan

Saya membaca catatan. Catatan itu ditulis oleh Made Wirya (berikutnya saya sebut Om Made). Dalam catatan itu, saya mengetahui kegiatan Om Made sejak sebelum pensiun sebagaikaryawan pada salah satu perusahaan di Gresik. Kegiatannyaperihal bersepeda. Bukan niat untuk olahraga atau rekreasi. Tapi, niat untuk meredam kegelisahannya akibat hidup tenang di rumah.

Lewat catatan itu, saya menangkap makna bahwa hidup tenang ternyata problem. Makna lainnya adalah daya hidup harus bergelora. Saya membayangkan bahwa Om Made menjadikan bersepeda sebagai jalan pedang. Atau Om Made seolah tidak ingin tubuhnya dilumat oleh waktu. “Bergerak” pun membentuk tekadnya dalam mengayuh sepeda.

Gresiksatu.com
Made Wirya bersepeda di rute antar provinsi
Koleksi: Made Wirya

Om Made tidak bersepeda di sekitar tempat tinggal. Om Made memilih bersepeda jarak jauh antar provinsi. Karena itu, setiap akan bersepeda, Om Made membuat persiapan secara matang. Saya membaca catatan itu bagaimana Om Made menyiapkan diri sebelum bersepeda, yaitu: menjaga kesehatan, mengatur bekal, hingga mengetahui medan perjalanan.

Baca juga:  Matapena: Ayo Menulis dengan “Pergi ke Danau”

Perihal medan perjalanan, Om Made mempertimbangkankondisi yang akan dilewati. Saya menelisik ketika Om Made mempertimbangkan rencana perjalanan bersepeda dari Gresik ke Yogyakarta dengan melewati jalur-lintas-selatan pada November 2021. Beberapa informasi diperoleh Om Made lewat kawan karib serta internet.

Gresiksatu.com
Made Wirya berpose di sebuah tempat
Koleksi: Made Wirya

Sayangnya, Om Made tidak jadi bersepeda melewati jalur-lintas-selatan. Waktu itu, Om Made memperoleh informasi terbaru,bahwa beberapa daerah di jalur-lintas-selatan mengalami curah hujan tinggi. Demi keselamatan dan kenyamanan, Om Made memilih jalur Gresik-Nganjuk-Yogyakarta. Menurut Om Made, jalur Gresik-Nganjuk-Yogyakarta termasuk aman.

Ternyata, bersepeda jarak jauh antar provinsi bukan soalseberapa bulat kenekatan. Butuh kesadaran agar tubuh tidakberada di antara kemungkinan risiko. Om Made menyadari jika bersepeda dengan meninggalkan rumah selama beberapa hari dapat menimbulkan ketakutan bagi pihak keluarga. Om Made enggan istri dan anak merasa khawatir.

Pesan kawan karib dijadikan catatan oleh Om Made: “Buat bersepeda aman lah. Saya yakin kamu kuat. Pesan tersebut menjadi nasihat meski kawan karib belum pernah bersepeda di jalur yang dilewati Om Made. Peristiwa menarik terbaca ketika Om Made (sedang mengayuh sepeda) ditemani kawan karib yang menaiki motor.

Baca juga:  Penata Cahaya Bukan Sekadar Penerang Panggung
Gresiksatu.com
Made Wirya dengan sepeda gunungnya
Koleksi: Made Wirya

Lalu bagaimana cara Om Made memilih tempat sebagai tujuan bersepeda? Saya hanya menemukan jawaban, yaitu: sesuai kata hati yang berkelindan di kepala. Lain itu, secara kebetulan, beberapa kawan karib ternyata tinggal di luar Gresik. Sehingga, di sela perjalanan bersepeda ke tujuan, Om Made bersilaturahmi ke tempat tinggal kawan karib sesuai jalur.

Capek, linu, bebas, panas, dingin, aspal, markah, lapar, keringat, hingga bahagia menumpuk jadi pengalaman yang diterima oleh tubuh Om Made. Setelah pulang dari bersepeda, Om Made menuliskan pengalamannya sebagai catatan. Semoga kelak jadi buku. Serta, semoga pengalamannya dapat kita baca langsung.Catatan Om Made itu berjudul: “Gelisah Setelah Menyelesaikan Perjalanan Gresik-Mataram (Gresik-Pacitan-Jogjakarta Episode 1)”.**

Catatan: Kolom Sastra GresikSatu diasuh oleh penyair dan penikmat seni rupa Aji Saiful Ramadhan yang tinggal di Gresik.

Rekomendasi Berita

Advertisement

Terpopuler

spot_img