Melihat Pengrajin Bungkus Dodol Khas Bawean Gresik, yang Terbuat dari Daun Pandan Berduri

GresikSatu | Bungkus dodol khas Bawean berbeda dari dodol pada umumnya. Bungkus dodol ini menggunakan bahan dari daun pandan berduri. Biasanya makanan ini menjadi menu wajib hadiah atau berkat Maulid Nabi di Pulau Bawean.

Di Dusun Padang Jambu, Desa Telukjatidawang banyak ditemui kerajinan produk dodol ini. Seperti dilakukan satu keluarga Ernawati, Azlina, dan Sunariyah. 

Ernawati mengatakan, kerajinan ini merupakan warisan nenek moyang secara turun temurun di Pulau Bawean. Keluarga Ernawati sendiri sudah tiga generasi dari neneknya membuat kerajinan ini. Membuatnya pun tidak mudah, karena setiap pengrajin harus merakit tali pandan yang sudah diiris kecil-kecil. Biasanya Erna membuat  bersama tetangga dan warga sekitar. 

“Jika ada pesanan hampir dibantu warga sekitar. Paling banyak bisa produksi 200 bungkus. Namun rata-rata sehari bisa 50 bungkus. Itu pun saat momen Maulid Nabi ini,” ucapnya, Jum’at (14/10/2022). 

Menurut dia, kerajinan daun pandan ini, untuk dibuat bungkus makanan dodol (Dudul istilah Bawean). Daun pandan berduri bisa cari sendiri atau membeli kepada warga sekitar. Untuk pembuatannya, daun pandan diiris, dibuang duri, dan dipotong kecil-kecil, lalu dilemaskan. Kemudian, dipanaskan dengan air yang mendidih sekitar satu jam. Setelah itu, direndam satu malam. Daun diangkat dan dijemur.

“Kalau ada warna alami dari alam kita pakai. Seperti warna kuning dari kunyit, atau temulawak, warna merah hati dari daun jati. Selain warna itu beli pewarna di toko,” tutur perempuan berusia 40 tahun itu.

Gresiksatu.com
Keluarga Ernawati, Azlina di Dusun Padang Jambu saat menunjukkan hasil karya kerajinan bungkus dodol dari daun pandan (Foto :Faiz /Gresiksatu.com)

Setelah itu, bahan daun pandan yang sudah diiris kecil-kecil di rangkai serapat mungkin menjadi bingkisan dodol. Merakitnya pun tidak sembarangan. Butuh keuletan, dan fokus hingga menjadi produk bingkisan. 

Sedangkan untuk pembuatan dodol. Berbahan ketan, gula merah, gula pasir, dan sari santan kelapa. Ketan dan gula dipanaskan terlebih dulu di tempat yang berbeda. Setelah itu ketan dan gula direndam dengan santan. Setelah sari santan keluar minyaknya. Lalu, diaduk rata dan dimasak diatas tungku pembakaran sekitar 3 jam hingga menjadi Dodol. 

“Camilan dodol ini paling enak dikonsumsi saat bersantai dengan minuman kopi, dan bisa dibuat oleh-oleh dari Bawean. Di Kampung Padang Jambu sudah menjadi tradisi  pembuatan kerajinan makanan dodol ini,” jelasnya. 

Bungkusnya, lanjut dia, orang Bawean membagi dua jenis tempat dodol. Satu ada hiasan mahkota (gundung istilah Bawean), satu hanya hiasan lebihan daun pandan (kolangpepek istilah Bawean). Ukurannya pun mulai dari yang kecil, sedang, sampai besar. 

“Paling kecil lebar 5 cm, tinggi 15 cm. Kalau mau besar bisa. Sesuai dengan pesanan warga. Karena selama bertahun-tahun produk kerajinan belum bisa menembus pasar. Hanya menerima pesanan,” paparnya.

“Sebenarnya produksi kerajinan dodol dari warga banyak, namun masih kendala pemasaran. Apalagi kalau melihat prosesnya juga tidak mudah. Pernah juga ada pesanan dari Jawa, Jakarta, sampai Malaysia. Tapi itu dikirim ke keluarga dan sauadara,” tambahnya. 

Untuk harganya, jika kerajinan bungkus tanpa dodol harga mulai Rp 10 ribu sampai Rp 25 ribu. Kalau bungkusan berisi dodol mulai Rp 25 ribu sampai Rp 50 ribu. 

Selain untuk bungkus dodol, kerajinan dari daun pandan berduri ini juga dibuat untuk alas tikar dan kopyah. Kini, kerajinan bungkus dodol jarang ditemukan. Lantaran, kini masyarakat tidak mau sulit. Cukup dengan bungkus plastik dodol sudah siap. 

“Namun plastik tidak bertahan lama. Kalau dari bungkus dodol pandan ini, bisa bertahan lama sampai berbulan-bulan. Itupun tidak disimpan di alat pendingin Kulkas. Kalau pakai bungkus pandan ini, jika dimasukkan ke kulkas, maka bentuk dodol akan keras. Bisa dihaluskan dengan masukkan magic com,” pungkasnya. (faiz/aam)

Reporter:
Tim Gresik Satu
Editor:
Tim Gresik Satu
Rekomendasi Berita

Advertisement

Gresik Gres