Membingkai Ulang Perayaan Kemerdekaan: Antara Joget Pargoy dan Nasionalisme

Oleh : Muhamad Arif*

Perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia, yang jatuh setiap tanggal 17 Agustus, selalu menjadi momen penting bagi bangsa ini. Dari Sabang sampai Merauke, suasana penuh kegembiraan dan rasa syukur terpancar dari setiap sudut negeri. Berbagai kegiatan digelar, mulai dari upacara bendera, lomba tradisional, hingga karnaval yang meriah. Namun, di balik kemeriahan ini, muncul sebuah pertanyaan yang patut kita renungkan: apakah perayaan kemerdekaan kita masih mempertahankan esensi nasionalisme, atau justru telah bergeser menjadi sekadar hiburan semata?

Belakangan ini, fenomena joget pargoy dan berbagai tarian modern lainnya semakin sering mewarnai karnaval-karnaval kemerdekaan. Di berbagai daerah, pemandangan ini menjadi pemandangan yang umum, bahkan di pelosok desa. Karnaval yang seharusnya menjadi momen untuk mengenang perjuangan para pahlawan, sering kali justru lebih banyak diisi dengan hiburan-hiburan yang tidak terkait dengan semangat kemerdekaan.

Joget Pargoy: Antara Ekspresi Budaya dan Pengaburan Makna

Joget pargoy, yang belakangan populer di kalangan anak muda, adalah salah satu contoh dari bagaimana budaya pop modern telah merasuk ke dalam perayaan tradisional. Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan bentuk ekspresi budaya seperti ini, selama itu dilakukan dalam konteks yang tepat. Namun, ketika hiburan semacam ini menjadi sorotan utama dalam perayaan kemerdekaan, maka muncul kekhawatiran bahwa makna sebenarnya dari Hari Kemerdekaan bisa saja tergerus.

Baca juga:  13 Warga Binaan Rutan Gresik Langsung Bebas Setelah Dapat Remisi di Hari Kemerdekaan

Semangat kemerdekaan yang harusnya menonjolkan perjuangan dan pengorbanan para pahlawan sering kali tenggelam di tengah gemerlapnya hiburan. Sejarah tentang bagaimana bangsa ini meraih kemerdekaan dengan darah dan air mata perlahan mulai terlupakan, digantikan oleh tarian dan musik yang hanya bersifat sementara.

Membangun Nasionalisme Melalui Perayaan yang Bermakna

Kita perlu bertanya pada diri sendiri: apakah perayaan kemerdekaan yang kita gelar benar-benar menginspirasi generasi muda untuk memahami dan menghargai perjuangan bangsa? Apakah tontonan yang mereka saksikan dapat membangkitkan semangat nasionalisme, atau justru hanya menjadi hiburan yang cepat berlalu tanpa makna mendalam?

Membingkai ulang perayaan kemerdekaan adalah langkah yang perlu dilakukan. Kita tidak perlu sepenuhnya menyingkirkan hiburan modern, tetapi harus ada keseimbangan yang sehat antara hiburan dan penanaman nilai-nilai sejarah. Karnaval bisa tetap meriah, tetapi mengapa tidak menambah elemen yang lebih mendidik dan menginspirasi? Misalnya, dengan menampilkan drama teatrikal tentang perjuangan kemerdekaan, pawai budaya yang menonjolkan keberagaman dan sejarah bangsa, atau lomba yang mengedukasi peserta tentang sejarah perjuangan Indonesia.

Baca juga:  Coaching dengan Pola Pikir Tutwuri Handayani

Sejarah kemerdekaan Indonesia adalah aset berharga yang harus terus diwariskan kepada generasi berikutnya. Perayaan kemerdekaan adalah salah satu cara untuk memastikan bahwa nilai-nilai ini tetap hidup. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengarahkan perayaan ini agar sesuai dengan esensi yang sebenarnya.

Ketika hiburan modern seperti joget pargoy menjadi bagian dari perayaan, kita harus memastikan bahwa hal itu tidak mengaburkan makna sejarah. Sebaliknya, kita perlu merancang perayaan yang mampu mengedukasi dan menginspirasi, mengingatkan setiap orang tentang perjuangan panjang yang telah dilalui bangsa ini.

Pada akhirnya, perayaan Hari Kemerdekaan bukan hanya tentang bersenang-senang, tetapi juga tentang mengingat dan menghargai sejarah perjuangan bangsa. Kita harus bijaksana dalam membingkai ulang perayaan ini, memastikan bahwa semangat nasionalisme tetap menjadi inti dari setiap kegiatan yang dilakukan. Dengan demikian, perayaan kemerdekaan tidak hanya akan menjadi momen untuk bersuka cita, tetapi juga momen untuk merenungkan dan memperkuat cinta kita terhadap tanah air.

*Penulis adalah Dosen Institut Al Azhar Menganti Gresik

Reporter:
Tim Gresik Satu
Editor:
Tim Gresik Satu
Rekomendasi Berita

Advertisement

Terpopuler

spot_img