GresikSatu | Bongkahan batu unik yang diidentifikasi sebagai batu dakon yang ditemukan Disparekrafbudpora Gresik di Desa Mojopuro Wetan, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik ini memiliki nilai historis yang mendalam.
Setelah dilakukan kajian, Batu Dakon Desa Mojopuro Wetan tersebut dulunya berfungsi sebagai alat upacara untuk memohon pertolongan kepada roh nenek moyang,
Dikutip dari berbagai sumber, batu dakon merupakan tinggalan masa prasejarah (megalitik) dengan ciri adanya lubang-lubang atau cekungan pada permukaan batu seperti pada papan permainan tradisional bernama dakon atau congklak.
Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya di pulau Jawa mengenal dakon sebagai alat permainan yang dimainkan oleh anak-anak keraton yang tinggal di kerajaan.
Dakon sendiri berasal dari kata Daku yang artinya mengakui atau menyatakan kepemilikan seseorang atau penonjolan terhadap ego.
Salah satu Budayawan Gresik, T. P. Wijoyo Fery Widyatama mengkaji nilai historis pada Batu yang disimpan dalam Museum Sunan Giri tersebut.
“Pada saat pertama kali ditemukan, Batu dakon ini menjadi salah satu bagian dari unsur jirat sebuah kubur (makam). Artinya, selama bertahun-tahun digunakan sebagai kijing/batu penutup makam yang menyatu dengan nisan,” ungkapnya, Senin (1/7/2024).
Berbentuk persegi panjang dengan Panjang: 60 cm, Lebar: 23 cm, dan Tebal: 12 cm. Pada salah satu sisinya dihaluskan/diratakan dan dipahat lubang-lubang kecil berjumlah 7 lubang/cekungan.
Menurut hasil laporan penelitian Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Trowulan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Gresik tahun 2004, Batu Dakon tersebut diperkirakan berasal dari era klasik (Hindu Buddha), khususnya Kerajaan Majapahit.
Ditemukan fakta bahwa batu dakon ini berbahan dasar batu kapur (Limestone). Hal ini dikarenakan wilayah Kabupaten Gresik termasuk ke dalam daerah Pantura, sehingga mempengaruhi bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan benda-benda pada masa itu.
“Menurut Prasasti Canggu (Trowulan I), sejak abad 14 Masehi (1358) Desa Mojopuro diperkirakan menjadi salah satu daerah kawasan penyeberangan sungai. Hal ini disebabkan wilayah desa yang berdekatan dengan sungai Bengawan Solo,” terangnya.
Setelah dilakukan kajian ada ragam fungsi Batu Dakon Desa Mojopuro Wetan saat masa lampau, antara lain : sarana ritual perhitungan masa bercocok tanam (titimongso), sebagai batu pengorbanan dan batu peringatan, bermakna keagamaan dan karakter simbolik.
“Salah satunya sebagai alat upacara untuk memohon pertolongan kepada roh nenek moyang,”ucapnya.