Mengenal Dhurung, Bangunan Adat di Bawean Gresik yang Kini Jadi Warisan Budaya tak Benda

GresikSatu | Pulau Bawean, yang terletak di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, dikenal dengan kekayaan budayanya yang unik. Salah satu warisan budaya yang masih terjaga hingga kini adalah Dhurung, sebuah bangunan tradisional yang akrab dengan kehidupan masyarakat Bawean.

Diketahi saat ini Dhurung telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia (WBTbI) 2024. Hal ini menegaskan, jika warisan budaya di Pulau Bawean sudah diakui dengan keberagamannya. Dhurung ditetapkan WBTBi bersama jajanan tradisonal khas Gresik bernama Pudak.

Dhurung sendiri merupakan bangunan khas yang terbuat dari kayu, dengan atap kuncup berbentuk segitiga yang biasanya dilapisi daun nipah kering. Bangunan ini biasanya berdiri di depan rumah warga Bawean.

Salah satu lokasi yang masih menjaga warisan budaya ini ada di Dusun Sumberwaru, Desa Peromaan, Kecamatan Tambak. Meski zaman telah berubah, warga Sumberwaru tetap mempertahankan keaslian Dhurung sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari mereka.

Di Dusun Sumberwaru, terdapat sekitar 65 Dhurung yang masih berdiri di depan rumah-rumah warga. Bangunan ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan padi hasil panen, tetapi juga menjadi tempat istirahat dan berkumpul bagi warga.

Baca juga:  Sambut Hari Pers Nasional, PWI Gresik Santuni Puluhan Anak Yatim Piatu

Sekretaris Desa Peromaan, Abdul Wahid mengatakan, Dhurung sangat dihargai sebagai bagian dari identitas mereka. Tiap Dhurung memiliki empat tiang yang dilengkapi dengan tempat penyimpanan barang yang disebut “Jelepang” yang biasa digunakan untuk menyimpan peralatan pertanian atau barang-barang lainnya.

Hiasan ukiran kayu pada tiang dan papan penyangga atap menambah keunikan bangunan ini, meskipun hiasan tersebut mulai jarang ditemukan karena beberapa warga telah menggantikan Dhurung mereka dengan gazebo modern yang lebih sederhana.

Namun, di Kampung Sumberwaru, keaslian dan kelestarian Dhurung tetap terjaga. Selain menjadi tempat penyimpanan padi, Dhurung juga memainkan peran penting sebagai pusat aktivitas sosial.

“Di sini, warga berkumpul untuk bermusyawarah, menyelesaikan masalah bersama, dan menjaga keamanan kampung. “Istilah Bawean-nya adalah ‘bual-bual,’ ngobrol santai setelah seharian bekerja,” ujar Abdul Wahid.

mengenal dhurung, bangunan adat di bawean gresik yang kini jadi warisan budaya tak benda (2)
Bagi warga Bawean, Dhurung juga difungsikan utuk menerima tamu. (Foto : Faiz/Gresiksatu.co)

Dhurung juga menjadi tempat pertama yang disinggahi warga perantauan saat mereka pulang dari Malaysia, memberikan rasa nyaman sebelum mereka masuk ke rumah masing-masing. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya Dhurung sebagai simbol kebersamaan dan kerukunan dalam masyarakat Bawean.

Baca juga:  Tanggul Anak Sungai Kali Lamong Desa Beton Jebol, Bupati Gresik Intursikan DPUTR Kaji Pembangunan Kolam Retensi 

Meskipun keberadaan Dhurung mulai langka di berbagai tempat di Pulau Bawean, Kampung Sumberwaru tetap menjadi salah satu penjaga warisan budaya ini. Muhlis, salah satu warga setempat, berharap agar Dhurung dapat terus dilestarikan dan mendapatkan perhatian dari pemerintah serta pihak terkait kebudayaan.

Dhurung ini adalah warisan nenek moyang kami, dan kami berharap dapat terus melestarikannya sebagai bagian dari identitas budaya Pulau Bawean,” ungkapnya.

Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (Disparekrafbudpora) Gresik, drg Saifudin Ghozali, menyatakan rasa syukurnya atas penetapan ini.

Penetapan Pudak sebagai WBTbI adalah kado istimewa bagi masyarakat Gresik. Ini menegaskan bahwa Pudak adalah bagian dari identitas Kabupaten Gresik.

“Ini semacam hak paten, pengakuan. Kalau Dhurung Bawean memang khas Gresik. Jadi potensi ini harus kita pelihara ke depannya,” jelas mantan Kadis Kesehatan Gresik itu.

Reporter:
Mifathul Faiz
Editor:
Aam Alamsyah
Rekomendasi Berita

Advertisement

Terpopuler

spot_img