GresikSatu | Keberadaan angkutan umum dalam kota, nasibnya kian miris. Di tengah ancaman bayang-bayang kenaikan harga BBM, angkutan ini harus bersaing dengan mode transportasi baru. Mulai dari taksi online, ojek online, hingga terbaru Bus Trans Jatim.
Tak sedikit, di tengah kondisi yang tak pasti, sopir angkutan banyak memilih pekerjaan lain. Namun banyak juga, memilih bertahan di tengah gempuran mode transportasi moderen. Hal itu seperti yang dilakukan Kusmadi (50) warga Cerme Lor, Kabupaten Gresik.
Ditemui di tempat mangkalnya, di Jalan Dr Wahidin Sudirohusodo, tepatnya depan RS Ibnu Sina Gresik, Kusmadi hanya sibuk bermain handphone. Sesekali ia terlihat menteriaki calon penumpang, namun tidak ada satupun yang terpancing duduk di dalam angkutannya.
“Sehari-hari begini, kadang hanya dapat dua penumpang saja,” kata Kusmadi saat ditemui awak media, Jum’at (2/9/2022).
Tak jarang pula, Kusmadi hanya membawa pulang uang Rp 40 ribu saja. Uang itu, tidaklah cukup untuk membeli bensin. Sebagai informasi harga bensin untuk pulang pergi angkutannya, membutuhkan uang sebesar Rp 60 ribu. Itu pun belum cukup untuk kebutuhan setiap hari.
“Kadang saya sedih, kalau harus bawa pulang uang segitu. Belum lagi biaya sewa angkutan umum harus dibayar setiap bulan,” jelasnya.
[penci_related_posts dis_pview=”no” dis_pdate=”no” title=”Baca Juga ” background=”” border=”” thumbright=”no” number=”1″ style=”list” align=”none” withids=”” displayby=”tag” orderby=”date”]
Diakui, sepinya penumpang tidak lepas dari keberadaan mode transportasi baru. Mulai dari taksi online dan ojek online. Terbaru ancaman baru datang dari Bus Trans Jatim. Para penumpang lebih memilih menaiki bus trans jatim ketimbang menaiki angkutannya.
“Sebelumnya masih bisa membawa penunumpang antar kota. Sekarang lebih memilih naik bus ketimbang angkutan umum len. Rute angkutan saya, Cerme, Bunder dan Pasar Kota,” jelasnya. (aam)