Penata Cahaya Bukan Sekadar Penerang Panggung

Dia mengenal dunia pertunjukan sekitar tahun 2003. Awalnya,dia adalah bagian tim musik pengiring pertunjukan Sanggar Teater Cepak (SMA Negeri 1 Gresik). Lalu dunia pertunjukan membuatnya jatuh cinta. Dia mulai paham bahwa dunia pertunjukan tidak hanya seni peran dalam teater. Tapi ada elemen penting yang lain pada dunia pertunjukan, yaitu: penatacahaya.

Sekitar tahun 2005, pertama kalinya, dia menjadi penata cahaya untuk pertunjukan Sanggar Teater Cepak. Jenis lampu taman 120 watt baru dia kenal. Dia belajar bagaimana cara kerja penata cahaya pada dimensi panggung. Dia menyadari cahaya yang menembus warna filter dapat menghidupkan suasana pertunjukan.

Setelah lulus SMA, dia melanjutkan pendidikan seni bidang drama di Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Sebagai mahasiswa, dia ambil bagian sebagai kru instalator tata cahaya di acara Surabaya Dance Festival 2006. Dia memperoleh pengetahuan baru seputar jenis lampu, seperti: freshnel, par 64, hingga ellipsoidal.

Setelah acara Surabaya Dance Festival 2006, dia semakin menekuni penataan cahaya. Sering pula dia diminta kakak tingkat untuk menangani tata cahaya pertunjukan tugas akhir kuliah. Pengalaman dari panggung ke panggung memupuknya sebagai penata cahaya pertunjukan yang terasah.

Pembaca yang budiman, dia dalam tulisan ini adalah Dicky Panca Aulia, seniman dan guru seni budaya SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik, yang kelahiran Gresik, 23 Desember 1986.Kemampuan penataan cahaya ini membuat Dicky Panca Auliaberkeliling ke kota-kota Indonesia.

Dicky Panca Aulia bersama almarhum Ayahanda (Foto kanan) dan Dicky Panca Aulia bersama keluarga tercinta (foto kiri)
Sumber: Dicky Panca Aulia

Penyinaran

“Beberapa orang menganggap penata cahaya cuma sekadarpekerjaan rental (jasa persewaan lampu). Padahal rental lebih fokus penerangan (yang penting terang tanpa adanya pertimbangan timming dan makna) karena operator dari rental tidak terlibat utuh dalam proses pertunjukan,” ucap Dicky Panca Aulia. Lebih lanjut, dia menjelaskan peran penata cahaya jadi jenderal ketika pertunjukan berlangsung. Karena tugas penata cahaya adalah memberikan dimensi, menguatkan suasana, dan membentuk estetis pada pertunjukan.

Bagaimana jika pertunjukan berada di outdoor dengan waktu siang hari? Dicky Panca Aulia menjawab penata cahaya tetap bertanggung jawab menghalau dan mengatur cahaya matahari agar tidak mengganggu pertunjukan. Penata cahaya harus menyelamatkan mata manusia, juga mata kamera (andai dilakukan perekaman).

Dicky Panca Aulia bercerita, penata cahaya memiliki kesulitan ketika berhadapan dengan macam-macam bentuk panggung, misal kekurangan jenis lampu di gedung kesenian yang mengusung panggung prosenium; serta menyesuaikan peletakan lampu sesuai lingkungan di panggung arena. Penanganan yang berbeda juga harus dilakukan penata cahaya ketika berproses dengan pertunjukan teater dan tari.

Dicky Panca Aulia bersama penari balet Tomotaka Okada dari Jepang (Foto kanan) dan pegelaran balet dengan penata cahaya oleh Dicky Panca Aulia (foto tengah dan kiri)
Sumber: Dicky Panca Aulia

Untuk penata cahaya yang menangani pertunjukan teater, Dicky Panca Aulia mempelajari naskah dan memahami konsep sutradara. Setelah itu, penata cahaya ikut terlibat dalam latihan para aktor dan berdiskusi dengan sutradara. Penanganan pertunjukan tari hampir sama. Bedanya adalah penata cahaya mengetahui tempo arah gerak tari. Dia menganalogikan tugas penata cahaya secara persenan, yaitu: 75% untuk memilih dan meletakkan lampu; 15% untuk colouring, focusing, dan recording; dan 10% untuk koordinasi.

Beberapa pertunjukan teater dan tari yang melibatkan Dicky Panca Aulia dalam kerja ensambel penataan cahaya panggung festival berskala nasional dan internasional, seperti: Culture Festival Visit Indonesia (2007-2009), G-walk (2007-2010), Festival Seni Surabaya (2010-2012), Peksiminas (2008, 2010, 2012), 24 Jam Menari dalam Hari Tari Sedunia di Surakarta (2011), hingga Program Hibah Kelola untuk pertunjukan tari & musik (2012-2013).

Pertunjukan teater dan tari dengan penata cahaya oleh Dicky Panca Aulia
Sumber: Dicky Panca Aulia

Dicky Panca Aulia juga terlibat sebagai fasilitator instalasi untuk tata cahaya dalam lokakarya oleh Sonny Sumarsono dan Eko Ompong di Taman Budaya Jawa Timur 2011. Tahun 2019(sebelum pandemi Covid-19), dia masih aktif sebagai penata cahaya dalam beberapa pertunjukan, antara lain: pementasan drama Activsm dan Mata Adil Mata Takdir bersama Sanggar Lidi, pagelaran Balet Red Shoes bersama Premiere Ballet, pagelaran ballet The Nutracker bersama Belle Ballet.

Dicky Panca Aulia mengaku ada tiga orang yang menginspirasinya untuk menjadi penata cahaya yang makin terasah, yaitu Fattah dari Teater Api (Surabaya), Grandong (Lamongan), dan Sonny Sumarsono (jakarta). Dari tiga orang tersebut, dia memperoleh ilmu tambahan. Hal ini dikarenakan jarang menemukan workshop penataan cahaya sehingga ilmu dari seniman lain jadi sangat berharga.**

 

Catatan: Kolom Sastra GresikSatu diasuh oleh penyair dan penikmat seni rupa Aji Saiful Ramadhan yang tinggal di Gresik.

Rekomendasi Berita

Advertisement

Gresik Gres