Akhir Januari 2022, saya bertemu dengan seorang guru. Kami berbicara di perpustakaan sekolah. Dalam pembicaraan, saya mengamati sekilas tata ruang perpustakaan sekolah: tempat pustakawan menghadap pintu utama; ruang baca dengan pengisi ruang meja panjang, beberapa kursi duduk, dan beberapa rak buku; serta ruang baca lesehan dengan pengisi ruang beberapa komputer, meja komputer, dan beberapa rak buku.
Saya mengingat waktu masih SMA tentang perpustakaan sekolah di tempat saya bersekolah. Saya merasa hampir sama tata ruangnya: tempat pustakawan dan ruang baca. Pasti yang membedakan cuma pengisi ruang dan fungsi ruang baca. Barangkali tata ruang perpustakaan sekolah di sekolah-sekolah lain juga sama. Saya membayangkan aktivitas yang biasa terjadi di perpustakaan sekolah: diskusi, baca buku, hingga pinjam buku.
Bayangan saya ternyata kurang tepat setelah membaca tulisan Sunindyo berjudul Perpustakaan Sekolah (Budaja Djaja, Nomor 59, tahun kelima, April 1973) perihal hakikat perpustakaan sekolah, antara lain: “suatu kegiatan penyelenggaraan pelayanan; suatu kegiatan pendidikan; suatu tempat penyediaan sumber-sumber informasi; dan suatu tempat membaca (rekreatif, belajar, dan penelitian).”
Sunindyo menulis hakikat tersebut bersanding dengan dasar filsafat, tujuan perpustakaan sekolah, dan cara mencapai tujuan. Karena itu, ada perbedaan antara perpustakaan sekolah dengan perpustakaan yang lain (bukan sekolah). Setelah membaca tulisan Sunindyo, saya menangkap sesuatu tentang perpustakaan sekolah (selain menyimpan buku dan memberi akses informasi), juga sebagai bagian penting untuk membantu kegiatan belajar dalam arah kurikulum.
Kegiatan
Salah satu cara perpustakaan sekolah membantu kegiatan belajar dalam arah kurikulum adalah menerbitkan hasil studi lapangan yang dilaksanakan oleh guru dan peserta didik. Untuk bentuk hasil studi lapangan, saya mengambil contoh buku Peninggalan Budaya dan Latar Belakang Sejarahnya di Daerah Kabupaten Gresik yang diterbitkan oleh Perpustakaan SMA Muhammadiyah 1 Gresik tahun 1986.
Buku Peninggalan Budaya dan Latar Belakang Sejarahnya di Daerah Kabupaten Gresik menandakan penerbitan perpustakaan sekolah di Gresik sudah cukup lama (hampir empat dasawarsa). Dengan kata lain, sudah sejak lama (sebelum kegiatan gerakan literasi disemarakkan), ternyata ada perpustakaan sekolah di Gresik yang melaksanakannya. Apalagi buku tersebut mencantumkan pengesahan Perpustakaan SMA Muhammadiyah 1 Gresik sebagai anggota Klub Perpustakaan Indonesia pada tahun 1982.
Soal apa itu Klub Perpustakaan Indonesia, kita bisa merujuk tulisan Suharyanto yang berjudul Refleksi 40 tahun Ikatan Pustakawan Indonesia: Sejarah dan perkembangan (6 Juli 1973 – 6 Juli 2013): “…Pada tanggal 20 Oktober 1981 dibentuk Klub Perpustakaan Indonesia disingkat KPI yang diprakarsai oleh Balai Pustaka, diresmikan pada 4 Januari 1982 dan berubah menjadi organisasi yang bersifat mandiri pada tanggal 1 Oktober 1994.”
Dimensi Buku
Halaman buku Peninggalan Budaya dan Latar Belakang Sejarahnya di Daerah Kabupaten Gresik terlihat tipis (28 halaman tidak termasuk kover). Ukurannya A5. Jika diamati hasil cetaknya, tulisan di dalam buku diketik dengan mesin tik dan sepertinya tidak diperbanyak dengan mesin foto kopi. Kover buku menggunakan kertas buffalo warna hijau muda dan menggunakan kertas HVS untuk isi.
Buku Peninggalan Budaya dan Latar Belakang Sejarahnya di Daerah Kabupaten Gresik mencantumkan tim studi lapangan, yaitu Banun Mansur, BA (Pembimbing dan Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 1 Gresik), Sukriansyah (Penanggung Jawab), beberapa seksi yang berjumlah delapan bagian, dan anggota berjumlah dua puluh lima orang.
Pada Pengantar, Banun Mansur, BA mengungkapkan bahwa, “Buku ini adalah kumpulan seri hasil studi lapangan, yang dilakukan oleh para siswa (dibaca: peserta didik) Program Pengetahuan Budaya.” Banun Mansur, BA menyebut studi lapangan mengikuti petunjuk GBPP (Garis-Garis Besar Program Pengajaran) sehingga penerbitannya dapat membantu peserta didik mencapai tujuannya.
Lain itu, Banun Mansur, BA pun menulis permohonan maaf kepada pembaca mengenai isi buku Peninggalan Budaya dan Latar Belakang Sejarahnya di Daerah Kabupaten Gresik dalam segi-segi keilmiahan karena peneliti masih pelajar (dibaca: peserta didik). Tapi saya mengapresiasi, studi lapangan ini malah memberikan ketertarikan peserta didik pada ilmu sejarah dan budaya.
Studi lapangan yang dilakukan peserta didik berfokus pada objek: Makam Panjang, Makam Siti Fathimah binti Maimun, dan Masjid Kuno Maulana Malik Ibrahim. Semua objek berada di Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik. Hasil studi lapangan membahas dua bab, yaitu: 1. Komplek Makam Panjang Siti Fatimah binti Maimun atau Makam Panjang; dan 2. Asal Usul atau Sejarah Makam Panjang.
Ketika saya membaca hasil studi lapangan, menemukan informasi, seperti: Fathimah binti Maimun meninggal pada tahun 1102 M dan cungkupnya dibangun sekitar 1390 M (masa perjuangan Malik Ibrahim); serta Makam Putri Swari atau Makam Panjang adalah nama awal komplek pemakaman sebelum diganti jadi Makam Siti Fathimah binti Maimun (setelah pemugaran sekitar tahun 1980-1981).
Saya juga menemukan informasi tentang muasal nama Gerwarrasi (nama lain Gresik), yaitu sebuah istilah bahasa Arab yang berarti: “terletak di tempatku berhenti”. Atau Maulana Maghfur dan Maulana Ibrahim yang diangkat oleh Prabu Brawijaya sebagai syahbandar di Gerwarrasi. Begitulah beberapa informasi yang saya temukan ketika membaca hasil studi lapangan.
Studi lapangan yang dilakukan peserta didik ini juga menyarikan tiga buku, yaitu: buku kuno berbahasa Arab Qissotul Ba’dli As-lafil Jawiyin, Serat Babad Gresik berbahasa Jawa Madya berhuruf Jawa yang tersimpan di Musium Sono Budoyo Yogyakarta, dan buku The Preaching of Islam oleh Sir Thomas W. Arnold, 1913. Artinya, tiga buku tersebut mendasari peserta didik ketika menulis hasil studi lapangan.**
Keterangan Tambahan:
Penulisan nama-nama di tulisan ini menggunakan tata penulisan yang ada di dalam buku Peninggalan Budaya dan Latar Belakang Sejarahnya di Daerah Kabupaten Gresik (1986), kecuali penulisan di keterangan foto yang bertahun 2022.
Catatan: Kolom Sastra GresikSatu diasuh oleh penyair dan penikmat seni rupa Aji Saiful Ramadhan yang tinggal di Gresik.
Daftar Bacaan
Sunindyo, Perpustakaan Sekolah dalam Budaja Djaja, Nomor 59, tahun kelima, April 1973
https://suharyanto1169.wordpress.com/2013/07/21/refleksi-40-tahun-ikatan-pustakawan-indonesia-sejarah-dan-perkembangan-6-juli-1973-6-juli-2013/ (diakses pada 10 Maret 2022)
Peninggalan Budaya dan Latar Belakang Sejarahnya di Daerah Kabupaten Gresik, 1986, Perpustakaan SMA Muhammadiyah 1 Gresik