GresikSatu | Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Gresik mengalami lonjakan signifikan.
Hingga minggu pertama April 2025, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gresik mencatat sebanyak 174 kasus DBD telah terjadi di berbagai wilayah.
Angka ini meningkat tajam jika dibandingkan dengan periode Januari hingga Maret 2024, yang hanya mencatat 116 kasus. Kenaikan kasus tertinggi tercatat pada bulan Januari 2025.
“Angka ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Dan paling banyak di bulan Januari 2025,” ungkap Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Gresik, dr. Puspitasari Whardani, Selasa (15/4/2025).
Menurut Puspitasari, peningkatan kasus dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah curah hujan tinggi yang menyebabkan banyak genangan air—kondisi ideal bagi nyamuk Aedes aegypti, pembawa virus dengue, untuk berkembang biak.
“Paling banyak pada usia produktif, yakni 15 hingga 44 tahun,” tambahnya.
Ia menjelaskan, telur nyamuk dengue tergolong sangat tangguh. Telur bisa bertahan di tempat kering selama enam bulan, lalu menetas ketika kembali terendam air. Selain itu, tingginya mobilitas masyarakat Gresik juga mempercepat penyebaran virus dari satu wilayah ke wilayah lainnya.
Dinkes Gresik pun mengimbau masyarakat untuk lebih waspada dan aktif melakukan pencegahan dini secara mandiri.
“Seperti Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan gerakan 3M Plus, yakni menguras, menutup, mendaur ulang, dan menghindari gigitan nyamuk,” pungkasnya.
Gerakan 3M Plus
Upaya pencegahan DBD melalui gerakan 3M Plus mencakup:
-
Menguras atau membersihkan tempat penampungan air secara rutin.
-
Menutup rapat tempat penyimpanan air untuk mencegah nyamuk bertelur.
-
Mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat genangan air.
-
Menghindari gigitan nyamuk, dengan cara:
-
Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi.
-
Menggunakan obat anti nyamuk (semprot maupun oles).
-
Menebar ikan pemakan jentik pada kolam atau bak air.
-
Bergotong royong menjaga kebersihan lingkungan secara rutin.
-