Sektor Perikanan di Gresik Berpotensial, Dewan Minta Pemerintah Normalisasi Saluran Irigasi Tambak

GresikSatu | Sektor perikanan di Kabupaten Gresik sangat potensial. Hal tersebut berdasarkan data dari Dinas Perikanan Gresik, produksi ikan dan udang selama 2021 mencapai 142,746 ton. Namun produksi sumber daya perikanan di Gresik masih butuh perhatian kalangan masyarakat.

Utamanya, saluran irigasi tambak tradisional yang mengalami sediminetasi. Kondisi tersebut diperparah akibat cuaca buruk dalam beberapa pekan terakhir. 

Dari hal tersebut, kalangan legislatif meminta pemerintah segera melakukan normalisasi. Pasalnya, potensi sumber daya perikanan di Kota Pudak cukup menjanjikan.

Anggota DPRD Gresik Syahrul Munir mengatakan, tambak-tambak di Kabupaten Gresik, jika dikelola dengan baik tentu akan memberikan dampak besar. 

“Baik dalam bidang ekonomi maupun pengembangan bidang perikanan,” ucapnya, Selasa (25/10/2022). 

Menurut dia, dari data Dinas Perikanan Gresik, produksi ikan dan udang selama 2021 mencapai 142,746 ton. Atau senilai Rp 2,5 miliar.

“Ini masih bisa digali lebih. Pasalnya, luas lahan budidaya ikan di Gresik seluas 28.653 hektar. Yang terdiri dari tambak payau dan tambak tawar,” jelas politisi PKB itu.

Untuk itu, pihaknya menyebut, proses produksi sektor perikanan kurang maksimal. Mulai sedimentasi saluran irigasi, penerapan teknologi budidaya yang masih terbatas. Hingga tingginya harga produksi akibat kelangkaan pupuk bersubsidi.

“Tentu membutuhkan koordinasi. Khususnya dalam penanganan yang harus cepat oleh pihak terkait,” tuturnya.

Hal yang perlu dikakukan pemerintah, dalam hal ini Dinas Perikanan Gresik tambah dia, membuat skala prioritas. Sehingga, legislatif mampu memberikan dukungan dalam bentuk anggaran.

“Perlu ada rasionalisasi argumentasi yang kuat. Pasalnya, konflik kepentingan bisnis juga kerap menghambat produktivitas sektor perikanan,” tandasnya. 

Sementara itu, Kepala Dinas Perikanan Gresik Mohammad Nadlelah mengakui tingginya sedimentasi kawasan perikanan. Khususnya di wilayah saluran primer, yakni muara Bengawan Solo dan Kali Mireng Manyar.

“Jika normalisasi dilakukan, maka produksi musim panen bisa meningkat tiga kali dalam setahun,” ucapnya. 

Mantan Camat Manyar itu pun akan berupaya melakukan normalisasi melalui sumber dana APBD, yang bersumber dari Bantuan Keuangan Khusus ke Desa. Termasuk melakukan koordinasi bersama BBWS Bengawan Solo yang memiliki wewenang dalam pengendalian kawasan sungai.

“Dengen menekankan kebutuhan air dari para pembudidaya ikan di Kabupaten Gresik,” jelasnya. (adv)

Reporter:
Tim Gresik Satu
Editor:
Tim Gresik Satu
Rekomendasi Berita

Advertisement

Gresik Gres