GresikSatu | Seniman asal Gresik, Alif Edi Irmawan menghadirkan pameran tunggalnya bertajuk Awal: Impresi dan Ingatan di Tujujati Artspace, Jalan Samanhudi No 17, Kemuteran, Pekelingan, Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik.
Dalam pameran ini, Alif menampakkan keterkaitan erat antara seni dan alam, dengan memperdayakan seni untuk berupaya menghadirkan ciri batin kehidupan yang dinamis (kekuatan hidup) ke dalam bentuk yang mati: seni yang terdiri dari penggabungan hal-hal yang hidup.
Karya-karya seni Alif digambarkan dalam keterkaitannya dengan konteks merubah cara pandang bentuk yang mati dengan mentransformasikannya menjadi pembawa nilai-nilai kemanusiaan.
Dikuratori oleh Dimas Tri Pamungkas, pameran ini secara teoritis memandang penciptaan karya seni sebagai perubahan dalam cara yang kita gunakan untuk mengevaluasi adanya entitas dan benda.
“Yang mati tidak lagi hidup di antara yang hidup, mereka tidak dapat lagi berada di sini, mereka tidak lagi berada dalam jangkauan dan sentuhan kita. Kemungkinan duniawinya telah hilang atau tersebar, yang signifikansinya hanya bisa tertangkap oleh ingatan dan sejarah, melalui keterbukaan pengalaman atas dunia,” ungkap Alif Edi Irmawan, Kamis (29/8/2024).
Alif menjelaskan, dunia sebagai tempat kehidupan manusia, berhadapan dengan dunia yang bersifat eksternal, materialistis, dan apa yang bukan manusia, yang secara umum dipahami sebagai alam.
Sementara Alam dipahami sebagai struktur yang didefinisikan sehubungan dengan kutub pengalaman manusia, yang begitu mudah didekati dengan cara yang sangat mendasar melalui cara berpikir romantis. Seni dan alam memiliki keterkaitan khusus di antara satu sama lain.
“Seni melalui proses estetisnya begitu mencermati keaktifan perasaan dalam bentuk luar, lalu menghidupkan apa yang terlihat, atau membuat kehidupan terlihat dalam bentuk luar, dan dengan demikian memberi bentuk pada kehidupan. Pola ini melibatkan penerjemahan konstan pengalaman hidup ke dalam bentuk, dan bentuk ke dalam pengalaman hidup,” jelasnya.
Alif seorang seniman sebagai subjek, dapat dipahami sebagai tujuan akhir dalam proses karya seninya, dan alam yang senantiasa digambarkannya melalui pengalaman dalam kesan dan ingatan, memperoleh makna estetisnya dengan memanifestasikan dirinya kepada kita sebagai totalitas eksternal yang diresapi dengan nilai-nilai manusiawi untuk menjadi kehidupan bagi kita.
Konsisten dalam perspektif yang mencari keterkaitan antara seni dan alam mungkin bukanlah hal yang mudah, dan juga bukanlah kemunduran ke dalam cara berekspresi yang tidak manusiawi, karena kepada sesuatu yang bukan manusiawi belum tentu tidak manusiawi.
“Hal ini berawal dari pengembangan introspeksi, namun selalu berfokus pada ruang batin seseorang, dunia diri, jiwa manusia, sebuah alam yang dihuni oleh ribuan diri kecil yang hancur, yang masing-masing terhubung oleh dorongan naluri dengan kebiasaan yang diperoleh secara budaya dan motif sosial. Dengan demikian, seni menjadi alat untuk berkomunikasi,” terangnya.
Selera Alif sebagai seorang seniman, dikembangkan sebagai perwujudan aturan-aturan tersebut. Dan semua aturan ini pada akhirnya didasarkan pada tatanan rasional alam semesta.
“Awal: Impresi dan Ingatan menjadi bentuk karya seni yang diwujudkan oleh gambar mengambang bebas, menghuni bidang pengalaman dengan nada suara eksistensial yang ada dimana-mana,” pungkasnya.