Siswa di Gresik Hasilkan Media Tanaman Pangan untuk Antisipasi Stunting 

GresikSatu | Pencegahan stunting pada anak bisa dilakukan dengan pemenuhan gizi pada ibu dan anak. Dari sekian banyak makanan bergizi, tentu sayuran sangat penting untuk memenuhi pertumbuhan pada anak.

Hal tersebut membuat Rastiti Puji Pratiwi membuat media tanaman pangan sayuran dari pupuk kompos, di halaman rumahnya Perumahan Puri Safira Regency Jalan Raya Menganti Karang Turi, Wonoayucerep, Desa Mojotengah, Kecamatan Menganti, Gresik. 

Menariknya, siswa yang baru kelas V SD Labschool Unesa 2 Lida Wetan Surabaya itu sudah melakukan hal tersebut saat tugas sekolah. Pantas saja dirinya disebut sebagai pejuang cilik lingkungan hidup 2022. Pasalnya, hasil dari tanaman pangan yang ia tanam dibagikan ke Pos Pelayanan Keluarga Berencana – Kesehatan Terpadu (Posyandu) sekitar sekolahnya.

“Sejak kecil memang senang dunia lingkungan hijau. Juga suka sayuran dan hobi menanam, ” ucapnya, Sabtu (23/7/2022). 

Aktivitas menanam sayuran jelas Rastiti, selalu dilakukan setelah pulang sekolah atau hari libur. Dengan  didampingi kedua orang tuanya. Ada bayak sayuran yang ditanam. Diantaranya, seladri, gambas, cabai, terong, tomat, dan lainnya. Total ada sekitar 1. 700 bibit tanaman sayur yang mulai ditanam. 

“Semua bibit yang ditanam terlebih dahulu disemai, lalu diberikan pupuk kompos hasil buatan sendiri. Kompos yang dibuat dari sisa daun dan makanan warga sekitar rumah,” ujar gadis kelahiran tahun 2012 itu. 

Untuk membuat kompos ujar Rastiti, membutuhkan sekitar satu bulan bisa digunakan. Sebab, proses pembuatannya juga harus banyak sampah organik yang dikumpulkan. Pembuatannya, terlebih dahulu di wadah keranjang pembuatan kompos diberikan sekam, lalu tanah. Nah, setelah itu baru sampah organik itu dimasukkan. Hal tersebut untuk menyediakan mikro organisme agar bisa mengurai sampah menjadi kompos

“Tujuannya untuk sampah cepat terurai. Pengomposan sampah organik akan menjadi media tanaman pangan, untuk keluarga antisipasi stunting,” jelasnya. 

Kenapa memilih pemgomposan, anak usia 10 tahun itu menjelaskan, sampah organik mudah ditemukan. Setiap  hari pasti ada sampah organik di sekitar lingkungan rumah atau lingkungan sekolah. Seperti daun kering, sisa makanan, dan lainnya. 

“Dari sampah organik itu kita manfatkan menjadi kompos. Komposnya dimafaatkan untuk menanam tanaman pangan. Tanaman pangan itu kita bagikan ke orang-orang yang kekurangan gizi. Karena masih banyak masyarakat yang kekurangan gizi atau stunting di sekitar Gresik dan Surabaya,” paparnya. 

“Ini juga sebagai upaya pemberdayaan keluarga, untuk memenuhi gizi tubuh,” imbuhnya. 

Kini, pencapaiannya yang semula dari tugas sekolah itu sudah membuahkan hasil. Diantaranya komposter sudah memiliki takakura, compost bag, lubang asupan biopori, dan kompos. Bahkan, sudah memanen sebanyak 125 kg kompos yang dibuat. Sudah menanam 1500 tanaman pangan di halaman rumah dan Sekolah.

Hasil panen sudah memanen sebanyak 100 kg tanaman pangan. Serta membantu sosialisasi kepada masyarakat sekitar, sambil bersosilalisasi membagikan hasil petik tanaman dan produk. 

“Untuk itu saya punya target  komposter menjadi 50, kompos menjadi 200 kg, bibit  menjadi 2000 tanaman, hasil panen 200 kg dan sosialiasi ke ratusan orang lainnya,” tambahnya didampingi ayahnya Sudarmaji. 

Selain membuat kompos media tanaman pangan, bersama kedua orang tuanya. Rastiti juga membuat produk makanan camilan Bayam Think Ting anti stunting, dan minuman herbal anti stunting, Mben Think ting yang terbuat dari bahan empon-empon. Mulai temulawak, jahe, kunyit, kencur, daun salam, daun pandan, serai daun kelor, dan meniran. Hingga saat ini media tanam sayuran yang Rastiti geluti tidak hanya menggunakan polybag, juga memanfaatkan botol plastik sebagai tempat tanaman. 

“Total polybag dari botol 125, polibag plastik ada sekitar 150,” imbuhnya memungkasi. 

Adapun cara penyajian pupuk kompos pada tanaman. Dimulai  dari dua sekop tanah, satu sekop kompos dan satu sekop sekam. Adapun komposisi kompos yang digunakan berasal dari Carbon, Netrogen, Fosfor, dan Kalium. 

Diketahui, stunting di Jawa Timur pada tahun 2022 angka prevalensinya masih cukup tinggi, yakni 23,5 persen. Sedangkan kasus stunting  di Gresik dinilai masih cukup  tinggi di angka 20 persen pada tahun 2022 ini. (faiz/aam)

Rekomendasi Berita

Advertisement

Gresik Gres