GresikSatu | SMP Islam Syifaul Qulub di Desa Klotok, Balongpanggang, Gresik, mencatat sejarah sebagai sekolah pertama di Indonesia yang menggunakan layanan internet berbasis satelit Starlink.
Sebelum resmi diterapkan, sekolah ini telah melakukan uji coba untuk memastikan efektivitas layanan internet dari satelit orbit rendah ini.
Starlink dikenal memberikan layanan internet berkecepatan tinggi dan terjangkau, terutama di daerah terpencil dan tertinggal.
Perusahaan milik Elon Musk ini telah mengajukan izin untuk menyediakan layanan Very Small Aperture Terminal (VSAT) dan internet bagi masyarakat Indonesia.
Kepala Sekolah SMP Islam Syifaul Qulub, Azhar Adam Abdurrohman, mengungkapkan bahwa sekolahnya telah menggunakan Starlink selama seminggu terakhir.
Teknologi ini menawarkan berbagai keuntungan dibandingkan jaringan internet nirkabel konvensional, termasuk kecepatan data yang lebih tinggi.
“Kami adalah sekolah pertama di Indonesia yang menggunakan Starlink. Sejak seminggu yang lalu, kami telah merasakan manfaatnya,” ujarnya pada Minggu (19/5/2024).
Azhar memilih Starlink karena kecepatan internetnya yang memadai untuk digunakan oleh ratusan siswa. Sebelum memutuskan, pihak sekolah juga mengkaji ulasan pengguna Starlink di media sosial.
“Sebelum membeli, kami melihat review dari pengguna lain. Mereka mengatakan kecepatannya bisa mencapai 200 Mbps. Ternyata benar, kami hampir mencapai 100 Mbps. Dengan kecepatan tersebut, sangat cukup untuk kebutuhan siswa,” jelasnya.
Azhar juga menambahkan bahwa kepercayaan terhadap kemampuan Elon Musk dalam teknologi menjadi salah satu alasan memilih Starlink.
“Kami percaya pada reputasi Elon Musk di dunia teknologi. Selain itu, internet ini berbasis satelit,” tambahnya.
Sebelumnya, sekolah ini menggunakan layanan internet lokal dengan kecepatan 60 hingga 70 Mbps, meski berlangganan hingga 100 Mbps. Melihat performa Starlink, mereka memutuskan untuk beralih.
Untuk mendapatkan perangkat Starlink, sekolah ini mengeluarkan dana sebesar Rp 7,8 juta yang dibeli melalui situs resmi Starlink. “Kami beli langsung dari website resmi. Harganya hampir Rp 8 juta, dan untuk biaya bulanan diperkirakan sekitar Rp 750 ribu,” kata Azhar.
Hingga saat ini, pihak sekolah belum menemukan kendala berarti, baik dalam hal kecepatan maupun stabilitas internet.
“Hanya perlu tambahan antipetir agar tidak tersambar petir karena perangkat dipasang di atas atap untuk mendapatkan sinyal optimal,” pungkasnya.