Sony Karsono Bagikan Tips Menulis Fiksi dan Non Fiksi di Gresik

GresikSatu | Puluhan peserta mengikuti kegiatan Workshop Menulis Fiksi, dan Non Fiksi bersama Sony Karsono, di Sualoka Hub, Jalan Nyai Ageng Arem-arem, Kelurahan Pekelingan, Kecamatan /Kabupaten Gresik, Jum’at malam (1/8/2024). 

Sekitar 50 peserta yang datang, ada yang berasal dari luar Gresik. Surabaya, Malang, Kediri, Madura. Mereka berasal dari komunitas, lembaga dan perorangan. 

Kegiatan ini, diselenggarakan oleh Dewan Kebudayaan Gresik (DKG), berkerja sama dengan komunitas gang sebelah dan komunitas kebudayaan di Gresik, serta Bidang Kebudayaan Disparekrafbudpora Gresik.

Dalam kegiatan Workshop yang bertajuk Manusia, Kota, dan Karya. Pemilik gelar doktor sejarah dari Ohio University, Amerika Serikat, memberikan materi tentang bagaimana menulis fiksi maupun non fiksi bisa mendalam dari sebuah peristiwa dan perjalanan dan aktivitas manusia.

“Hal tersebut dimulai dari pertanyaan. Semakin bagus pertanyaan, tentu mendalam nanti karyanya. Modal itu, pertanyaan. Biasanya semakin tua, semakin tidak bertanya lagi, tapi kalau anak kecil selalu bertanya karena menjadi orang baru lahir di dunia. Sifat inilah yang menjadi kekuatan besar,”ucap Sony Karsono, Kamis malam (1/8/2024). 

Menurut dia, ada banyak hal yang bisa ditulis dijadikan karya. Mengenai Kota, Gang, Rumah, dan lainnya. Ada banyak perubahan kalau diteliti secara seksama. 

“Semuanya bisa dibuat tulisan fiksi maupun non fiksi,” ujarnya sambil menceritakan pengalamannya menulis non fiksi tentang modernisasi di era Orde Baru. 

Baca juga:  Tiga Poin!! Misi Penting Gresik United Kontra Persipa Pati

Selain itu, hal yang paling dibutuhkan penulis, adalah ide atau ilham. Sony pun membagikan tipis verifikasi dirinya. Ada tiga unsur yang harus diperhatikan oleh penulis untuk dapat ide atau ilham. Ketiga unsur itu, sejarah, sosial masyarakat, dan riwayat atau biografi. 

“Kalau dapat menyatukan tiga unsur tersebut, riwayat hidup, masyarakat riwayat masyarakat, sejarah atau perubahan kota, budaya geografi, politik dan lainnya. Maka semakin muda menulis menulis fiksi atau non fiksi,”jelas Pengajar di Department of Malay-Indonesian Interpretation and Translation, Hankuk University of Foreign Studies, Yongin, Korea Selatan

Bahkan, berkarya akan semakin mudah tatkala suasana sedih mendalam. Seperti kehilangan seorang yang paling dicintai meninggal dunia. 

“Berkarya dalam keadaan sedih, atau up normal lebih baik, dan tentu akan menghasilkan karya yang luar biasa,” terangnya. 

Salah satu peserta Workshop, Danny asal Malang,mengaku senang sekali dengan kegiatan yang diselenggarakan oleh Dewan Kebudayaan Gresik (DKG). 

“Seru sekali, dan sebagai warga luar Gresik, saya baru tau kalau Gresik itu serru. Karena yang saya tau Gresik panas, banyak industri. Begitu datang kesini, tidak kalah dengan Kota Surabaya, dan Malang. Full geleng,” jelasnya 

Diketahui, dalam kegiatan tersebut para peserta bersama Sony Karsono juga mengelilingi dan mengunjungi tempat bersejarah di kawasan Kota Tua Gresik, Bandar Grissee. Dengan didampingi komunitas budaya  Gang Sebelah. 

Baca juga:  Ukir Prestasi! Atlet MMA Gresik Kini Miliki Fasilitas Sasana Baru

Sekedar informasi, Sony Karsono merupakan seorang Pengajar di Department of Malay-Indonesian Interpretation and Translation, Hankuk University of Foreign Studies, Yongin, Korea Selatan. 

la memperoleh gelar doktor sejarah Asia Tenggara dari Ohio University, Amerika Serikat. Risetnya berfokus pada bagaimana di Indonesia sejak 1900 tubuh manusia, ekosistem kota, dan perubahan sosial berinteraksi dengan teknologi, sastra, seni rupa, dan budaya populer.

Karya nonfiksi terbarunya adalah:

“The City, the Body, and the World of Things: A Microhistory of New Order Jakarta’s Accelerated Modernization.” Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde 178, no. 2/3 (2022): 192-224.

Cendekiawan dan Transformasi Sosial: Studi Kasus Sejarah Intelektual LP3ES Era Orde Baru. Depok: LP3ES, 2021.

“Flâneur, Popular Culture, and Urban Modernity: An Intellectual History of New Order Jakarta.” Asian Studies Review 45, no. 2 (2021):345-363.

“The Making of a Sculptor: The Life, Art, and Politics of Dolorosa Sinaga.” Dalam Dolorosa Sinaga: Body, Form, Matter, disunting oleh Alexander Supartono dan Sony Karsono, 42-99. Jakarta: Somalaing Art Studio, 2019.

Sony juga menulis fiksi. Pada 2023, buku kumpulan cerpennya, Sentimentalisme Calon Mayat (Jakarta: Anagram, 2023), menerima Anugerah Sutasoma dari Balai Bahasa Jawa Timur dan Penghargaan Sastra dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pada 2024, kumpulan cerpen tersebut ditetapkan sebagai Buku Prosa Pilihan Tempo.

Reporter:
Mifathul Faiz
Editor:
Aam Alamsyah
Rekomendasi Berita

Advertisement

Terpopuler