GresikSatu | Warga Rt 010 Rw 018 Jalan Mutiara XIV Perum Permata Suci (PPS) Desa Suci, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik berhasil menyulap area sempit di sekitar gang menjadi kebun produktif berkonsep hidroponik.
Hidroponik adalah cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah, yakni dengan menggunakan medium air yang berisi zat hara.
Menanam dengan teknik hidroponik adalah cara yang ramah lingkungan karena prosesnya menggunakan bahan-bahan alam dan tidak menggunakan pestisida secara berlebihan.
Karena prosesnya yang organik, maka sayur dan buah hasil budidaya hidroponik cenderung lebih sehat dan awet dibandingkan sayur hasil budidaya konvensional (tanah).
“Mulanya iseng-iseng saat pandemi waktu itu, karena banyak di rumah yaudah cari kesibukan dengan budidaya tanaman Pakcoy dan Selada di rumah. Padahal kita semua tahu kalau kawasan perumahan itu minim lahan, muncullah ide brillian buat kebun hidroponik,” ungkap Ketua Tim Kampung Hidroponik, Gatot Mulyono, Sabtu (30/12/2023).
Meski tidak sedikit, Fahmi harus mengalami kegagalan ia tak pantang menyerah. Setelah berhasil dan menghasilkan income barulah Fahmi mengajak seluruh warga membuat kebun hidroponik RT.
Total ada sebanyak 5 kebun hidroponik, yang terletak di depan Masjid, samping Masjid sebanyak 2 kebun, dekat Balai RT, dan rumah Fahmi sendiri.
“Mediumnya kita pake talang air berbentuk kotak yang kita modif sendiri. Ditambah selang dan tandon air dengan kapasitas 250 liter. 1 pipa sepanjang 4 meter terdiri dari 20 lubang, serta berbentuk Nutrient film engineering (NFT) atau miring,” jelasnya.
Perawatannya tidak sulit, para warga hanya perlu mengecet debit air, Ph dan Ppm atau satuan kandungan mineral dalam air.
“Dalam perawatannya kami mengajak peran serta ibu-ibu dan anak-anak untuk menyiram dan mengecek kondisi air saja setiap harinya. Palingan gak sampai 20 menit, ini juga ada jadwalnya 10 orang bergilir setiap minggu. Disini total ada 40 KK,” ucapnya.
Sementara itu, Sekretaris Rt Kampung Hidroponik, Agus Suhartono mengatakan kebun itu bahkan sudah menghasilkan omset yang cukup menggiurkan. Ia bisa meraup hingga Rp 1 juta untuk 1 kali panen di kebun berukuran 5×4 tersebut.
“Kalo Pakcoy ini harganya perkilo Rp 20.000, sedangkan Selada kalo lagi bagus-bagusnya bisa mencapai Rp 70.000 per kilo. Ditambah lagi saat ini sedang musim hujan pasti di Malang gagal panen karena cepat busuk kena air, jadi harga Selada hidroponik akan cukup tinggi. Sayuran hidroponik ini rasanya lebih crunchy (renyah) di mulut, ” terangnya.
Seksi pengurus lingkungan RW, Agus Sandra yang piawai dalam urusan hasta karya dan lingkungan bahkan mengaku kebun hidroponik milik para warga sudah menjadi pilot project bagi beberapa orang. Tak jarang para warga diundang untuk memberikan edukasi cocok tanam menggunakan teknik hidroponik.
“Jadi sudah gak satu dua orang minta diajarin bercocok tanam menggunakan teknik hidroponik. TK Muslimat NU GSP, TK Bhakti 7 GKB, Paud Al Ibrah sempat melakukan kunjungan kesini. Terakhir kemarin ada warga kami yang ngisi seminar di SD Muhammadiyah 2 jalan Berlian PPS. Selain menumbuhkan gotong royong antar warga, kegiatan ini juga mampu menjadi income pendapatan,” ucapnya.