GresikSatu | Sudah banyak yang tahu bahwa kejadian Isra’ Mi’raj adalah tentang shalat 5 waktu, memang benar risalah shalat itu turun Ketika Rasulullah ber-mi’raj, lebih dari itu terdapat hikmah-hikmah lain dari peristiwa Isra’ Mi’raj yang patut kita lihat, juga kita renungi.
Isra’ adalah perjalanan Rasulullah SAW dari Makkah tepatnya di Masjidil Haram, menuju Palestina yakni masjid Al-Aqsha, jarak itu kurang lebih setara 1.500 KM.
Sedangkan Mi’raj merupakan perjalanan Rasulullah SAW, dari Masjid Al-Aqsha ke Sidratul Muntaha, jarak ini lah yang tidak diketahui, oleh kita secara pasti. Hal ini, juga diabadikan pada Al-Qur’an Surah Al Isra.’
Di lain sisi juga ada perbedaan soal kapan isra’ mi’raj di laksanakan, benarkah Isra’ Mi’raj jatuh pada bulan Rajab?. Simaklah perbedaan berikut ini:
Terdapat pandangan bahwa peristiwa isra’ mi’raj jatuh pada 2 tahun, 5 tahun hingga 10 tahun setelah kenabian Rasulullah, ada juga pendapat pada bulan Rabi’ul awal jura Rabi’ul Akhir, bahkan juga ada yang berpendapat bahwa peristiwa itu terjadi di bulan Zulqa’dah, namun pendapat terkuat adalah 27 Rajab.
Berikut hikmah yang dapat kita ambil, dari peristiwa Isra’ Mi’raj:
Bisa dikatakan bahwa peristiwa tersebut, merupakan bagian dari ajaran agama Islam, sehingga kita patut meyakini dan mencari hikmah dibalik peristiwa tersebut.
1. Sebagai pelipur lara Rasulullah SAW
Sebagai nabi pun Rasulullah tetap manusia yang dapat merasakan sedih, jika ditinggal orang yang paling beliau sayangi.
Sang paman Abu Thalib yang selalu mendukung dakwahnya, serta Khadijah yang selalu berada di sampingnya sebagai istri Sholihah, tahun itu disebut sebagai ‘amul huzni (tahun kesedihan), bisa dikatakan Isra’ Mi’raj adalah salah satu perjalanan sekaligus pelajaran yang Allah berikan ke Rasulullah.
2. Sebagai Rasul pembaharu
Shalat merupakan ibadah orang-orang terdahulu, sebelum Rasulullah pun nabi dan rasul terdahulu juga disyariatkan shalat.
Ketika Rasulullah SAW menerima syari’at shalat, maka runtuhan syariat-syariat terdahulu, mengingat Rasulullah adalah nabi dan rasul yang terakhir.
Hal tersebut dikarenakan, Ketika Isra’ Mi’raj para nabi dan rasul terdahulu, shalat dan bermaksud mengikuti Rasulullah SAW, itu menjadi isyarat bahwa ajaran-ajaran nabi dan rasul terdahulu terhapus dan terintegrasi pada ajaran Rasulullah.
3. Penegasan status “hamba”
Jika status “hamba” merupakan status yang dipandang rendah manusia, Allah meletakkan maqam “hamba” di sisi yang berbeda, bahkan Allah menyebut kekasih yang paling dicintaiNYA dengan sebutan itu.
Hal tersebut mengajarkan kita untuk senantiasa terus mengabdi dan ber-hamba kepada Allah SWT, itu adalah status orang-orang Ikhlas.
4. Julukan As-Shiddiq bagi Abu Bakar
Sepulang Isra’ dan Mi’raj, Rasulullah menceritakan pengalamannya di depan kaum Quraisy, namun mereka malah mengejek dan menuduh Rasulullah sebagai pembual.
Lain hal dengan Abu Bakar, Ketika ia ditanya Abu Bakar membenarkan, hingga berkata “jika ada yang lebih mustahil dari yang dilakukan Rasulullah, aku akan tetap membenarkannya.”
Dari situlah julukan As-Shiddiq disematkan pada sahabat Abu Bakar, yang berarti jujur atau membenarkan.
5. Kedudukan Baitul Maqdis
Baitul Maqdis memiliki tempat tersendiri dalam ajaran Islam, pahala yang didapatkan Ketika shalat di sana berlipat hingga 500 kali, bertolaknya Rasulullah dari masjidil Haram ke Baitul Maqdis adalah bukti pentingnya tempat tersebut.
Sebelum kiblat shalat di ganti ke Ka’bah (Mekkah), kiblat shalat menghadap ke Baitul maqdis.
Banyak Hikmah yang bis akita ambil dalam perjalanan Rasulullah kali ini, ini tidak lain semata-mata untuk mengagungkan kekuasaan Allah, yang telah mengisra’kan Rasulullah SAW, dan me-Mi’rajkan Rasulullah.
Bisa di katakana isra’ mi’raj adalah titik balik ajaran Islam, sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah.