GresikSatu | Proses pencarian tujuh nelayan asal Gresik yang hilang di perairan Bangkalan setelah tertimpa bangunan rumah kontainer PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) terus diperluas.
Hingga Minggu (16/6/2024) kemarin, tim SAR gabungan masih berupaya menemukan para korban yang hilang sejak insiden Hull Rig Taurus 2 pada Rabu (12/6/2024) dini hari.
Tim SAR mengerahkan tiga kapal dan satu pesawat udara dalam operasi pencarian ini.
Muhamad Hariyadi, SAR Mission Coordinator (SMC), menjelaskan bahwa armada yang dikerahkan meliputi KN SAR 249 Permadi milik Basarnas, KN 116 Chundamani milik KPLP Tanjung Perak, serta KP Hiu 09 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Pesawat yang digunakan adalah ATR 42-300 PK YRE milik KKP.
“Ketiga kapal tersebut terus memperluas penyisiran area dari titik kejadian hingga mencapai 50 mil laut,” ujarnya pada Senin (17/6/2024).
Kapal KN SAR 249 Permadi bahkan sudah menempuh jarak 161,6 mil laut karena lebih dahulu dikerahkan.
Hariyadi menjelaskan bahwa pencarian dilakukan dengan pola creeping line, yaitu pergerakan kapal membentuk lintasan sejajar dengan area pengamatan yang luas.
“Pesawat ATR 42-300 PK YRE memantau dari udara dan berkoordinasi dengan tim di lapangan untuk mencari tanda-tanda keberadaan korban,” terangnya.
Mereka juga terus berkomunikasi dengan SROP Surabaya dan VTS Surabaya untuk memberikan informasi kepada kapal-kapal yang melintas agar dapat membantu pencarian dan evakuasi.
Kasatpolairud Polres Gresik AKP Winardi menyampaikan bahwa upaya pencarian tujuh korban yang hilang belum membuahkan hasil. Namun, sembilan korban lainnya telah berhasil diidentifikasi.
“Kami juga mengerahkan tiga speed boat SAR untuk memperluas area pencarian,” tambahnya.
Dari sembilan korban yang telah ditemukan, tujuh di antaranya sudah pulang ke rumah, satu korban meninggal dunia, dan satu lagi masih menjalani perawatan intensif di RSUD Dr. Soetomo Surabaya karena patah kaki dan akan segera menjalani operasi.
Peristiwa yang terjadi pada Rabu malam (12/6/2024) itu melibatkan 16 orang korban yang menggunakan dua perahu untuk mencari rongsokan besi di kawasan kilang minyak yang sudah tidak aktif sejak 2006. “Sudah ada peringatan dari petugas, namun mereka tetap nekat kembali ke area tersebut,” ungkap Winardi.
Seluruh korban diketahui berprofesi sebagai nelayan, baik sebagai nakhoda kapal maupun pencari ikan. “Jika sepi tangkapan atau antar jemput penumpang kapal, mereka biasa mencari penghasilan tambahan dengan mencari rongsokan atau limbah besi di laut,” tuturnya.
Adapun tujuh korban yang masih dinyatakan hilang adalah warga Blandongan, Kecamatan/Kabupaten Gresik, Aris; warga Kelurahan Kroman Gresik Abdul Gofar alias Gopek, Mulyono, Wawan, Haris, Lutfi, dan Oji.