GresikSatu | Fatwa Amalia Rahmawati, seorang perempuan muda asal Desa Gumeno, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, telah menjadi sosok inspiratif bagi banyak kalangan, terutama di dunia pendidikan dan seni.
Di usia 24 tahun, ia telah berhasil memanfaatkan keresahan pribadinya menjadi karya-karya yang menginspirasi banyak orang, terutama anak-anak dan remaja.
Fatwa, yang saat ini berprofesi sebagai guru di SDN 37 Gresik, tidak hanya sekadar mengajar, tetapi juga mendampingi dan mengedukasi anak-anak melalui pendekatan yang kreatif.
Sebagai anak sulung dari dua bersaudara, Fatwa tumbuh dengan didikan yang cukup konservatif, yang mengharuskannya menutup aurat, tidak keluar malam, dan mematuhi berbagai aturan ketat.
Meskipun demikian, ia merasa bahwa pandangan tersebut pada akhirnya membentuk dirinya menjadi pribadi yang kuat.
Pendidikan formalnya ditempuh di Universitas Trunojoyo Madura, di mana ia aktif dalam dunia teater melalui organisasi Teater Sabit. Di sana, ia tidak hanya berperan sebagai penulis naskah dan aktor.
Tetapi juga terlibat dalam berbagai pekerjaan artistik lainnya. Dunia teater yang seringkali didominasi oleh laki-laki menjadi tantangan tersendiri baginya.
Namun, Fatwa justru memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menciptakan perspektif baru tentang peran perempuan di dunia seni.
Pengalaman pribadi Fatwa dalam menghadapi kekerasan, pelecehan dan bullying yang pernah ia alami menjadi titik balik dalam hidupnya.
“Dulu saya merasa tidak berdaya, tapi sampai kapan? Saya akhirnya memutuskan untuk bangkit dan fokus pada pendidikan anak-anak,” ujarnya, kepada media ini, Jumat (18/10/2024).
Selama masa-masa sulit itu, Fatwa mendapat dukungan dari komunitas Perempuan Berkisah dan Perempuan Pengkaji Seni Jawa Timur, serta Puan Seni Indonesia, yang membantu memulihkan rasa percaya dirinya.
Fatwa merasa, melalui pengalamannya mengajar selama empat tahun, ia semakin menyadari betapa kompleksnya masalah yang dihadapi anak-anak saat ini, terutama kekerasan dan pelecehan di kalangan remaja.
Pengalaman pahitnya sendiri menjadi motivasi untuk melindungi anak-anak didiknya agar tidak mengalami hal yang sama.
“Saya tidak ingin mereka merasakan apa yang saya alami. Saya harus tetap ada untuk mereka, karena mereka membuat saya merasa dibutuhkan dan dicintai,” tambahnya.
Selain mengajar, Fatwa juga aktif berkarya melalui berbagai media seni. Ia membuat komik digital yang ia unggah di Instagram, serta menulis artikel dan buku cerita pendek bertema anak perempuan, yang akan diterbitkan akhir tahun ini. Salah satu bukunya berfokus pada siklus menstruasi, dikemas dengan bahasa sastra yang mudah dipahami anak-anak.
Selain itu, ia juga menciptakan lagu-lagu yang bertemakan pendidikan seksual, dengan dua single yang sudah dirilis, salah satunya berjudul Beda itu Biasa dan Jaga Diriku.
Minat besar Fatwa di bidang seni dan budaya membuatnya bercita-cita untuk mendirikan sanggar seni dan perpustakaan mini di desanya.
“Saya ingin membangun tempat belajar yang melibatkan orang tua, dengan harapan ke depannya bisa berkembang menjadi festival seni dan sastra,” ungkapnya dengan penuh harapan.
“Setiap langkah itu berat, tapi kita berharga dan kuat. Ini bukan salah kita, dan kita tidak sendirian. Cari lingkungan yang mendukung dan sehat, karena berbaur dengan orang-orang positif sangat menyegarkan,” ungkapnya.
Melalui karya-karya dan perjuangannya, Fatwa Amalia Rahmawati telah membuktikan bahwa keresahan bisa menjadi sumber kekuatan, dan seni menjadi medium yang ampuh untuk menyuarakan suara-suara yang sering kali tak terdengar.
Ia berharap, generasi muda, terutama perempuan, dapat belajar untuk terus bertumbuh dan tidak takut menyuarakan apa yang mereka rasakan.