GresikSatu | Dalam merencanakan pembangunan Smelter di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE Manyar Gresik, PT Freeport Indonesia telah menyiapkan konsep Industri hijau (Eko Green) sebagai upaya mewujudkan industri berkelanjutan.
Industri hijau adalah industri yang mengutamakan efisiensi dan efektifitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan serta menjaga kelestarian lingkungan dalam proses produksinya.
Mulai dari pemilihan bahan baku, peralatan produksi, proses produksi, sampai pembuangan limbah agar ramah lingkungan.
“PT Freeport selalu mempertimbangkan setiap project yang digarap, termasuk smelter ini. Jadi kalo kita lihat dari peta memang tidak ada hijau (rimbun dedaunannya) namun justru hijaunya dari konsep yang kita usung dengan mempertimbangkan prinsip berkelanjutan dari hulu ke hilir,” terang Vice President Government Relation & Smelter Technical Suppor, Harry Pancasakti saat acara Workshop Green Journalism, yang digelar oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Gresik di Hotel Mercure, Ancol Jakarta, Senin (19/2/2024).
Proyek yang berdiri di atas lahan seluas 100 hektare ini akan memproduksi 2 juta ton konsentrat pertahun. Dimana 1,7 juta ton kapasitas dari Smelter Manyar dan lainnya mengekspansi di PT Smelting Gresik.
“Kalo kita melihat konsep hijau, yang namanya konsentrat kan mineralnya banyak, tapi elemen yang dihasilkan bukan hanya metal saja. Tapi ada elemen lain, bukan hanya barang murni yang dijual tapi ada sisa hasil peleburan. Contoh saat kita membakar konsentrat akan keluar yang namanya Sulfur itu akan keluar menjadi Sulfur Dioksida (SO2) atau B3,” terangnya.
Harry menuturkan Limbah SO2 atau B3 ini harus dipikirkan bagaimana cara untuk membuangnya, mitigasinya akan seperti apa, dan cost (biaya) treatment yang dikeluarkan.
“SO2 ini cikal bakal asam sulfat. Kalo konsep kita hijau, SO2 ini tidak boleh dilepaskan di udara. KLHK tidak akan approve amdal kita jika SO2nya tidak terkelola dan semena-mena,” jelasnya.
Setelah dikelola, asam sulfat tersebut menjadi produk samping dan punya nilai komersil. B3 tersebut tidak terlepas ke udara dan dimanage sebagai ketahanan pangan bahan baku produksi pupuk.
“Jadi jangan dilihat hijaunya dari warna tapi konsepnya yang complicated. Bikin smelter bukan hanya mendapatkan barang murni konsentrat tapi juga mitigasi dampak limbahnya yang lebih ruwet,” tuturnya.
Selain itu, dalam memberdayakan wilayah Ring 1 (9 Desa di Dekat Smelter), Ring 2 (Kabupaten Gresik), dan Ring 3 (Jawa Timur), PT Freeport juga mempekerjakan tenaga kerja lokal, kemitraan dengan UMKM lokal, hingga Transportasi lokal.
“Hingga saat ini kita sudah ada 1.596 kontrak kerja sama dengan UMKM, transportasi dan lainnya yang nilainya mencapai 2,6 triliun. Kita juga bekerja sama dengan Yatamam melalui Pusat Transformasi Bersama (PTB) dalam memanfaatkan limbah kayu dan besi yang nilainya fantastis. Selain itu, supply air 150 per detik dari PDAM Gresik,” pungkasnya.